Selasa 11 Dec 2018 10:20 WIB

Oposisi Saudi Galang Kekuatan Lawan Penindasan Rezim

Konferensi oposisi menghadirkan sejumlah korban kezaliman Saudi.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Nashih Nashrullah
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz (kiri) bersama putranya Muhammad bin Salman.
Foto: AP/Hassan Ammar
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz (kiri) bersama putranya Muhammad bin Salman.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Tokoh-tokoh oposisi Arab Saudi dari seluruh dunia menyerukan konsolidasi dan persatuan menentang kekuasaan "penindasan" pemerintahan Saudi yang dipimpin oleh Mohamed bin Salman.

Para pembicara di Konferensi Diaspora Saudi II mengatakan,  pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi Istanbul pada Oktober lalu adalah waktu yang tepat untuk bersatu melawan kebijakan pangeran 'garis keras'.

"Oposisi ini menyerukan hak, demokrasi, kesetaraan dan proses hukum. Kami semua menyerukan hal yang sama," kata Kepala Organisasi Hak Asasi Manusia Saudi ALQST  Yahya Assiri, seperti dilansir dari Aljazeera, Selasa (11/12).

Konferensi ini diselenggarakan oleh Diwan London, sebuah pusat diskusi dengan fokus di Semenanjung Arab, dan Organisasi Hak Asasi Manusia Saudi ALQST, konferensi pada Ahad (9/12) memiliki partisipasi aktivis dari Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jerman, Swiss dan beberapa negara lain.

Konferensi ini merupakan awal dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tahunan kedua ALQST tentang penurunan hak asasi manusia di Arab Saudi, yang diadakan pada Senin (10/12).

"Tak satu pun dari oposisi kami menyerukan hak-hak sebagian melebihi sebagian yang lain, kami hanya berbeda tentang bagaimana caranya sampai ke sana," kata Yahya.

Para oposisi mengatakan, pertemuan itu merupakan langkah yang signifikan dan belum pernah terjadi sebelumnya ke arah front yang terkoordinasi dan bersatu melawan penindasan yang meluas oleh pemerintah Saudi terhadap para kritikus, yang telah dipenjara, disiksa, dan dilucuti aset mereka.

Madawi al-Rasheed, profesor tamu di LSE Middle East Center, juga menyoroti perlunya menyatukan kekuatan untuk melawan pemerintahan saat ini.

"Konferensi ini adalah permulaan. Saya ditanyakan mengapa orang Saudi tidak bersatu? Tapi menyatukan oposisi tidak berarti kita semua setuju ... Kami memiliki suara yang berbeda dan semuanya harus didengar," kata Madawi seperti dilansir dari Aljazeera.

Konferensi itu menampilkan tokoh-tokoh oposisi terkemuka seperti Mohamed al-Massari (72 tahun), seorang fisikawan Saudi yang diasingkan, pembangkang politik, dan Ketua Komite Pertahanan Hak-Hak Sah, organisasi hak asasi manusia independen pertama di kerajaan itu. Massari diberikan suaka di Inggris pada 1994.

Selain itu, banyak aktivis yang hadir, termasuk putra dari sarjana Muslim yang dipenjarakan, Salman al-Odah (61 tahun), yang dikenal karena posisi progresifnya pada isu-isu kontroversial, dia pun berbicara dalam pertemuan melalui video call. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement