Kamis 13 Dec 2018 12:07 WIB

AS Tolak Rencana Erdogan Soal Aksi Militer di Suriah

Operasi militer akan merusak kepentingan bersama untuk mengamankan perbatasan.

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Turki mempersiapkan tank di pinggiran desa Sugedigi, Turki yang berbatasan dengan Suriah, 22 Januari 2018. AS menekan Turki menghentikan operasi di Afrin.
Foto: AP Photo/Lefteris Pitarakis
Tentara Turki mempersiapkan tank di pinggiran desa Sugedigi, Turki yang berbatasan dengan Suriah, 22 Januari 2018. AS menekan Turki menghentikan operasi di Afrin.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) memperingatkan Turki terkait rencana operasi militer di Suriah yang menargetkan milisi Kurdi. Pentagon mengatakan tindakan militer sepihak di wilayah timur laut Suriah tidak dapat diterima.

Ankara dan Washington telah lama berselisih atas persoalan ini. AS telah mendukung milisi Kurdi YPG dalam perang melawan ISIS.

Sebaliknya, Turki mengatakan YPG adalah organisasi teroris dan perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan  (PKK), yang telah melancarkan pemberontakan   di Turki tenggara selama 34 tahun.

AS memperingatkan  setiap tindakan militer sepihak akan merusak kepentingan bersama untuk mengamankan perbatasan antara Suriah dan Turki secara berkelanjutan. "Tindakan militer sepihak ke Suriah timur laut oleh pihak manapun, adalah keprihatinan serius. Tindakan seperti itu tidak dapat diterima," kata juru bicara Pentagon, Komandan Sean Robertson dalam sebuah pernyataan.

Turki telah melakukan intervensi untuk membersihkan milisi YPG dari wilayah barat sungai Eufrat dalam kampanye militer selama dua tahun terakhir. Tetapi Turki tidak menargetkan wilayau timur Eufrat. Hal itu untuk menghindari konfrontasi langsung dengan pasukan AS.

Namun kesabaran Erdogan kepada Washington atas Suriah tampaknya telah habis.

"Kami akan memulai operasi untuk membersihkan sebelah timur Efrat dari teroris separatis dalam beberapa hari. Target kami bukan tentara AS. Langkah ini akan memungkinkan jalan menuju solusi politik dan kerja sama yang lebih sehat," kata Erdogan pada pidato di pertemuan industri pertahanan di Ankara.

Baca juga, Erdogan: Turki akan Gelar Operasi Militer di Suriah.

Pentagon mengatakan, koordinasi dan konsultasi antara AS dan Turki adalah satu-satunya cara untuk mengatasi masalah keamanan. Pentagon memastikan bahwa  Washington fokus untuk bekerja sama dengan Ankara.

"Kami percaya dialog ini adalah satu-satunya cara untuk mengamankan daerah perbatasan secara berkelanjutan, dan percaya bahwa operasi militer yang tidak terkoordinasi akan merusak kepentingan bersama itu," kata Robertson.

Dia menambahkan, AS sepenuhnya berkomitmen untuk keamanan perbatasan Turki. Tapi AS juga tetap berkomitmen untuk bekerja dengan Pasukan Demokrat Suriah (SDF) yang juga pejuang Kurdi YPG untuk mengalahkan militan ISIS.

Pasukan Turki dan AS memulai patroli bersama di dekat Manbij bulan lalu. Tetapi kerja sama itu berjalan cukup rumit karena Turki menyerang para pejuang Kurdi. Awal tahun ini, SDF yang didukung AS  menangguhkan serangan terhadap ISIS setelah penembakan Turki atas Suriah utara.

Tentara AS

Bulan lalu, AS mengatakan akan membangun pos pengamatan di perbatasan antara Suriah utara yang dikuasai Kurdi dan Turki. Ini setelah penembakan lintas-perbatasan Turki menewaskan empat pejuang Kurdi.

Seorang pejabat AS mengatakan pada Reuters pada Rabu bahwa  tiga pos pengamatan telah dibentuk. Pejabat itu mengatakan,  pos itu untuk mengetahui serangan yang menargetkan pasukan AS

Para pejabat Turki mengadakan pembicaraan di Ankara pekan ini dengan perwakilan khusus AS untuk Suriah, Jim Jeffrey. Sumber militer SDF mengatakan Jeffrey bertemu dengan pimpinan SDF di Suriah utara pada  Rabu.

Erdogan mengatakan Turki adalah korban dari "taktik mengulur-ulur" atas Manbij. Menurutnya ISIS tidak lagi menjadi ancaman di Suriah.

"Sekarang, saatnya untuk menyadari keputusan kami untuk membubarkan lingkaran teror di timur Euphrates. Fakta bahwa kami memiliki perbedaan dalam persepsi dengan Amerika Serikat bukanlah rahasia," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement