Sabtu 15 Dec 2018 20:22 WIB

Konferensi OKI, Erdogan Sebut MBS Terlibat Kasus Khashoggi

Erdogan telah mendengarkan rekaman suara saat Khashoggi dibunuh di konsulat Saudi.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Andri Saubani
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: AP Photo/Richard Drew
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, rekaman suara yang telah didengarnya menunjukkan para pelaku pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi merupakan orang-orang terdekat putra mahkota Saudi Mohammed Bin Salman (MBS). Berbicara pada konferensi peradilan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Istanbul pada Jumat (14/12) Erdogan mengatakan, instruksi pembunuhan telah diberikan kepada pelaku untuk melakukan pembunuhan yang ditangani secara profesional.

"Dia meninggalkan Istanbul dengan lima 'kantong kacang'. Masalah yang dia pedulikan berbeda dengan yang kita pedulikan," kata Erdogan seperti dikutip Aljazirah, Sabtu (15/12).

Erdogan sempat mengkritik beberapa negara yang diam akan kasus ini. Ia pun menerima langkah oleh Senat Amerika Serikat (AS) mengadopsi resolusi bahwa Putra Mahkota yang bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi.

"Kami mengikuti (acara di) Senat AS kemarin, dan itu tidak akan berhenti di situ. Ini akan terus berlanjut dan berkembang, karena kami telah memberikan semua informasi kepada Amerika dan aparat intelijen," ujar Erdogan.

"Tujuan kami adalah untuk mencapai keadilan. Ini adalah dasar dari segalanya," tegas Erdogan, menambahkan.

Khashoggi, yang adalah kKolumnis Washington Post terbunuh pada 2 Oktober lalu setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul untuk mendapatkan dokumen pernikahan. Setelah memberikan pernyataan yang kontradiktif tentang keberadaan Khashoggi, Saudi akhirnya mengakui bahwa Khashoggi terbunuh di dalam konsulat dan tubuhnya dimutilasi.

Namun, kerajaan hingga kini masih mempertahankan bahwa MBS tidak memiliki pengetahuan tentang pembunuhan itu. Sementara, Turki percaya pembunuhan tersebut diperintahkan pada tingkat tertinggi kepemimpinan Saudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement