Ahad 23 Dec 2018 10:25 WIB

Turki Sebut 300 Ribu Pengungsi Suriah Kembali Pulang

Turki menampung lebih dari 3,5 juta pengungsi Suriah.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
 Pengungsi Suriah menanti untuk menyeberang ke Turki dibalik pagar kawat berduri.  (REUTERS/Umit Bektas)
Pengungsi Suriah menanti untuk menyeberang ke Turki dibalik pagar kawat berduri. (REUTERS/Umit Bektas)

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Menteri Dalam Negeri Turki, Suleyman Soylu, mengatakan hampir 300 ribu warga Suriah telah kembali ke negara mereka. Kepulangan ratusan ribu warga itu dilakukan setelah dua operasi militer lintas-perbatasan Turki di Suriah utara telah selesai.

Turki telah melakukan dua operasi militer, yaitu "Euphrates Shield" dan "Olive Branch", untuk melawan milisi Kurdi People's Protection Units (YPG) dan ISIS di Suriah utara. Ankara menganggap YPG yang didukung Amerika Serikat (AS) sebagai organisasi teroris.

"Jumlah warga Suriah yang kembali ke negara mereka setelah operasi Euphrates Shield dan Olive Branch adalah 291.790," kata Soylu, Sabtu (22/12), dikutip kantor berita milik pemerintah, Anadolu.

Turki menampung lebih dari 3,5 juta pengungsi Suriah yang melarikan diri dari konflik di tanah air mereka. Banyak dari warga Turki yang memandang mereka sebagai beban ekonomi dan ancaman terhadap lapangan pekerjaan.

Dalam operasi "Euphrates Shield" pada 2016, Turki mengusir ISIS dari wilayah di sepanjang perbatasan Turki-Suriah. Dalam operasi kedua, "Olive Branch", Turki merebut wilayah Afrin dari tangan pasukan Kurdi Suriah di musim semi ini.

Militer Turki berhasil mendorong YPG ke Suriah barat laut dalam dua serangan itu dan mengukir zona penyangga de facto.

Soylu juga mengatakan, lebih dari 250 ribu migran ilegal telah ditangkap di Turki pada 2018, tanpa menyebutkan kewarganegaraan mereka. Ia menambahkan, angka itu menunjukkan peningkatan lebih dari 50 persen dari tahun sebelumnya.

Menurut dia, upaya polisi, pasukan keamanan, dan penjaga pantai Turki untuk menekan migrasi ilegal telah membatasi aliran migran ke negara-negara di Eropa Barat. Turki menjadi salah satu titik peluncuran utama bagi lebih dari satu juta migran dari Timur Tengah dan Afrika yang mengambil rute laut ke wilayah Uni Eropa pada 2015.

Masuknya migran secara drastis telah dibatasi oleh perjanjian pada 2016 antara Ankara dan Uni Eropa. Perjanjian itu memutuskan untuk menutup rute laut setelah ratusan orang meninggal saat menyeberang ke pulau-pulau Yunani.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Jumat (21/12), Turki akan menunda operasi militer yang telah direncanakan untuk melawan militan Kurdi Suriah di timur laut Suriah. Ia dengan hati-hati menyambut keputusan Washington untuk menarik pasukannya di daerah itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement