Senin 31 Dec 2018 08:25 WIB

Pembunuhan Khashoggi Buat Heboh Dunia pada 2018

Pangeran MBS didesak untuk segera mengakhiri Perang Yaman.

Jamal Khashoggi
Foto: Metafora Production via AP
Jamal Khashoggi

REPUBLIKA.CO.ID, Pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi menjadi salah satu pemberitaan yang paling disoroti dunia internasional pada 2018. Bagaimana tidak, pembunuhan yang terjadi di Konsul Saudi di Turki mengaitkan nama besar putra Mahkota Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS).

Pembunuhan dilakukan secara terencana dan terorganisir. Tim eksekutor berangkat dari Riyadh, ada yang menggunakan pesawat pribada dan juga komersial.  Beberapa di antaranya diketahui merupakan orang lingkaran satu pangeran MBS. Ada juga ahli bedah Saudi yang disebut berperan penting dalam memutilasi Khashoggi.

Baca Juga

Namun sayang hingga memasuki awal tahun baru ini, dalang pembunuhan juga belum terungkap. Jasad Khashoggi juga tak ditemukan. Apakah ia benar dilarutkan oleh zat asam? Atau dibuang di suatu tempat?

Saudi tak mau membuka secara transparan kasus ini. Saudi pernah menyebut, orang yang memerintahkan pembunuhan Khashoggi adalah ketua dari tim negosiasi yang dikirim Wakil Kepala Intelijen Saudi Jenderal Ahmed al-Assiri ke Istanbul.

Tapi klaim itu diragukan karena di negara Kerajaan seperti Saudi, semua dilakukan secara hirarkis. Landasan inilah yang membuat sejumlah senator AS yakin jika Pangeran MBS selaku pimpinan tertinggi terlibat dalam kasus tersebut.

Baca juga, Khashoggi Menguap, Trump Tersandera dan MBS Bertahan.

Namun pangeran MBS dan pemerintahan di Riyadh membantah klaim-klaim itu. Saudi menganggap tuduhan tersebut tak berdasar. 

Kasus ini memicu beragam spekulasi baik secara internal maupun eksternal. Spekulasi pertama yakni soal pergantian Pangeran MBS sebagai putra mahkota. Indikasi ini datang dari kehadiran Pangeran Ahmed bin Abdulaziz yang merupakan adik Raja Salman.

photo
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman

Ia menghabiskan masa pensiunnya selama enam tahun terakhir dan sering berada di London. Pangeran Ahmed disebut-sebut akan menggantikan MBS. Namun hingga kini spekulasi itu belum terbukti.

Ahli-ahli mundur, pangeran MBS justru disebut-sebut sedang memperkuat posisinya. Hal itu terlihat dari perombakan kabinet baru-baru ini. Orang-orang yang menggantikan sejumlah posisi penting Saudi dinilai adalah mereka yang dekat dengan MBS. Posisi MBS pun tak tergoyahkan dalam reshuffle tersebut.

Dari sisi eksternal beredar spekulasi AS akan menahan penjualan senjata ke Saudi. Sejumlah tekanan mengalir deras dari negeri Paman Sam agar AS bersikap tegas terhadap Riyadh, apalagi Jamal Khashoggi merupakan kolomnis di Washington Post dan berdomisili di AS.

Namun spekulasi ini seperti tak akan terjadi. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump telah menegaskan jika perjanjian senjata dengan Saudi tak mungkin dibatalkan. Menurut Trump pembatalan penjualan senjata hanya akan merugikan AS dan menguntungkan Rusia dan Cina. Trump pun tak menggubris kesimpulan dari badan intelijen AS  (CIA) yang mengindikasikan keterlibatan Pangaran MBS.

Tapi bagaimanapun, kasus Khashoggi berdampak terhadap konflik Yaman. Kasus Khashoggi membuat dunia membuka mata akan konflik di Yaman yang memicu gelombang krisis kemanusiaan.  Tekanan terhadap Saudi menguat, dari Eropa hingga Asia.

AS yang selama ini memasok senjata ke Saudi dalam perang Yaman juga setuju agar Perang Yaman dihentikan. Saudi menerima tawaran dialog dengan Houthi. Saudi sepakat mengizinkan anggota milisi Houthi yang terluka untuk diobati.

Negosiasi yang diinisiai PBB membuahkan hasil. Setidaknya gencatan senjata mulai disepakati di Pelabuhan Hudaidah sebagai pintu masuknya bantuan ke Yaman. Diharapkan gencatan senjata ini berlanjut hingga perdamaian menyeluru.

Perang Yaman sudah dimulai sejak 2015 lalu. Saudi mulai terlibat aktif dalam perseteruan ini setelah Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi disingkirkan oleh Houthi. Saudi menganggap Iran berada di balik kekuatan Houthi.

Saudi merangkul sekutu di kawasan untuk menyerang Houthi. Dan Pangeran Muhammad bin Salman yang juga Menteri Pertahanan Saudi sebagai sosok menentukan dalam penyerangan ini. Ia memerintahkan untuk intervensi langsung di Yaman.

Oleh karena itu, pembunuhan Khashoggi seolah membuka pintu untuk menekan Pangeran MBS, setidaknya untuk kasus Yaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement