Rabu 16 Jan 2019 11:06 WIB

SNHR: Sebanyak 6.964 Warga Sipil Tewas di Suriah pada 2018

Konflik Suriah memanas sejak 2011 meski telah mengalami penurunan eskalasi konflik.

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
 Konflik masih melanda Suriah (ilustrasi)
Foto: Reuters/Jalal Al-Mamo
Konflik masih melanda Suriah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  ANKARA – Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR) yang berbasis di London merilis hasil laporannya terkait korban tewas di Suriah sepanjang 2018. 

Menurut catatan SNHR, ada sebanyak 6.964 warga sipil yang tewas di Suriah pada 2018. 

Dilansir Anadolu Agency, Rabu (16/1), laporan yang dirilis pada 12 Januari itu, juga menyebutkan pasukan rezim Bashar al-Assad bertanggung jawab atas 4.162 dari kematian warga sipil ini, termasuk 713 anak-anak, dan 562 wanita. Ada 467 warga sipil yang tewas oleh pasukan Rusia. 

Sementara pasukan koalisi internasional yang dipimpin AS menewaskan 417 warga sipil. Selain itu, 446 warga sipil tewas dalam serangan yang dilakukan kelompok teroris ISIS, sementara 80 warga sipil tewas oleh kelompok teror YPG/PKK. 

Laporan itu juga menyatakan, setidaknya .706 kasus penangkapan sewenang-wenang yang didokumentasikan di negara itu. Sebanyak 24 pekerja media terbunuh, 28 lainnya terluka dan 31 ditangkap atau diculik.

Kemudian 91 medis, pertahanan sipil dan personel Bulan Sabit Merah terbunuh, dan ada 198 serangan dilakukan pada fasilitas mereka.

Rezim Assad dilaporkan menghantam Suriah dengan senjata kimia sebanyak enam kali dan menjatuhkan sedikitnya 3.601 bom bom di berbagai wilayah di negara itu pada 2018. 

Laporan itu mengatakan setidaknya 223 pembantaian yang bersifat etnis dan sektarian dilakukan oleh para pihak dalam konflik.

Dicatat pula, 976 orang meninggal karena penyiksaan. Laporan itu juga menyoroti beberapa indikasi koordinasi antara rezim Assad dan kelompok teror ISIS sebelum serangan terhadap gubernur Suwayda yang menewaskan sedikitnya 154 orang, termasuk 15 anak-anak dan 19 wanita.

Suriah baru saja mulai muncul dari konflik dahsyat yang dimulai pada 2011, yakni ketika rezim Bashar al-Assad menindak demonstran dengan keganasan yang tak terduga.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement