Rabu 16 Jan 2019 15:23 WIB

Mahmoud Abbas akan Kunjungi Suriah

Abbas terakhir kali ke Suriah pada 2009.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Palestina Mahmoud Abbas
Foto: AP Photo/Richard Drew
Presiden Palestina Mahmoud Abbas

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas dikabarkan akan segera mengunjungi Suriah dan bertemu Presiden Bashar al-Assad. Hal itu diungkap oleh seseorang di lingkaran terdekat Abbas.

"Kunjungan Presiden Abbas ke Suriah dapat dilakukan kapan saja," ujar Azzam al-Ahmad, seorang pembantu terdekat Abbas dalam berita yang diterbitkan surat kabar Suriah Al-Watan, dikutip laman Al Araby, Selasa (15/1).

Namun dia menyatakan, kunjungan Abbas ke Suriah akan dilakukan dalam waktu dekat. "Kunjungan Presiden Abbas (ke Damaskus) akan segera, insya Allah. Suriah mulai pulih, pilihannya tetap jelas dan kompasnya masih mengarah ke Palestina," kata al-Ahmad.

Selain pembantu Abbas, al-Ahmad merupakan anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Dia diketahui berada di Suriah untuk menghadiri acara peresmian kantor radio dan Komite TV Palestina.

Baca juga, Negara Arab Dilaporkan Merapat ke Assad, Oposisi Terkejut.

Abbas terakhir kali berkunjung ke Suriah pada 2009, dua tahun sebelum negara itu dibekap konflik sipil. Jika kunjungannya terlaksana, Abbas akan menjadi pemimpin negara Arab kedua yang mengunjungi Suriah dan bertemu Assad.

Pada Desember tahun lalu, Presiden Sudan Omar al-Bashir telah berkunjung ke Damaskus. Dia menjadi pemimpin Arab pertama yang bertemu Assad sejak Suriah didera peperangan pada 2011.

Setelah kunjungan itu, muncul isu bahwa negara-negara Arab akan memulihkan hubungannya dengan Suriah. Hal tersebut diperkuat dengan pengumuman Uni Emirat Arab dan Bahrain yang menyatakan akan membuka kembali kedutaan besarnya di Damaskus.

Suriah didepak dari Liga Arab tak lama setelah konflik sipil pecah di negara tersebut pada 2011. Negara anggota Liga Arab juga mengecam Assad karena gagal bernegosiasi dengan pihak oposisi dan mengerahkan kekuatan militer yang dianggap brutal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement