Ahad 10 Feb 2019 07:28 WIB

Pasukan SDF Kurdi Masuki Pertempuran Akhir Lawan ISIS

SDF berhasil mendorong ISIS keluar dari Suriah utara dan timur empat tahun terakhir.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Nashih Nashrullah
Perang Suriah
Foto: republika
Perang Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, QAMISHLI – Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat (AS) memulai serangan terakhir terhadap kantong atau wilayah kelompok militan negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah timur pada Sabtu (9/2) waktu setempat. 

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang berencana menarik pasukan AS keluar dari Suriah, pada Rabu lalu, berharap pekan depan 

koalisi pimpinan AS yang beroperasi mendukung SDF bisa mengungumkan kemenangan di wilayah itu. 

Kantong wilayah itu berdekatan dengan perbatasan Irak terdiri dari dua desa. ISIS juga masih memiliki wilayah di bagian Suriah yang sebagian besar  telah di bawah kendali pemerintah Suriah sokongan Rusia dan Iran.

Kepala kantor media SDF, Mustafa Balim, mengatakan kepada Reuters tujuan serangan itu adalah untuk menghilangkan sisa-sisa terakhir kekuatan ISIS dan ia menyebutnya sebagai pertempuran terakhir.

Balim mengatakan, dalam 10 hari terakhir para tentara SDF telah menangani pertempuran dengan sabar karena lebih dari 20 ribu warga sipil dievakuasi dari kantong wilayah yang telah dikepung tersebut.

SDF yang dipelopori milisi YPG Kurdi telah mendorong ISIS keluar dari wilayah di Suriah utara dan timur selama empat tahun terakhir. 

Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi menyatakan kekhalifahan kelompok itu di wilayah yang terbentang di Irak dan Suriah. 

Namun, kelompok militan itu kehilangan dua wilayah utama Kota Raqqa di Suriah dan Mosul Irak pada 2017. 

Setelah menguasai Raqqa, SDF bergerak maju ke selatan ke provinsi Deir al-Zor kemudian menyerang anggota ISIS di wilayah timur Sungai Eufrat. Wilayah ISIS yang tersisa di Suriah berada di sebelah barat Sungai Eufrat.

Trump mengatakan pada Desember lalu bahwa ia menarik sekitar 2.000 pasukan AS dari Suriah dan mengatakan pertempuran melawan ISIS hampir dimenangkan.

Tetapi seorang jenderal elite AS mengatakan pada Selasa pekan ini, kelompok itu akan menimbulkan ancaman yang berkelanjutan setelah penarikan pasukan dan akan memicu pemberontakan yang bisa mengancam.

Media Wall Street Journal melaporkan pada Jumat lalu, militer AS sedang bersiap menarik diri dari Suriah pada akhir April.

Pakistan mulai berperan dalam pembicaraan AS-Taliban. Seorang pejabat AS mengkonfirmasi tanggal penarikan yang ditargetkan ke Reuters, termasuk penarikan dari pangkalan militer AS di Tanf, dekat perbatasan Suriah dengan Irak dan Yordania.  

sumber : Re
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement