Selasa 12 Feb 2019 11:21 WIB

Ditekan AS, Maduro Minta Dukungan Negara-Negara OPEC

Pasokan minyak Venezuela terganggu akibat sanksi AS.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Nicolas Maduro
Foto: EPA-EFE/Miguel Gutierrez
Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Nicolas Maduro meminta dukungan dari negara-negara OPEC terkait sanksi yang dikenakan oleh Amerika Serikat (AS) kepada perusahaan minyak negara Venezuela, PDVSA. Permintaan dukungan tersebut dinyatakan dalam surat yang dikirim kepada Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo, pada 29 Januari 2019.

"Negara kami berharap menerima dukungan penuh dari negara-negara anggota OPEC, dalam perjuangan yang saat ini kami lakukan terhadap Amerika Serikat yang bertindak sewenang-wenang dalam urusan internal Venezuela. Kami berharap ada dukungan tegas untuk bersama-sama mengecam perampasan aset dari salah satu anggota OPEC," tulis Maduro dalam suratnya, seperti dilansir Reuters, Selasa (12/2).

Dalam surat tersebut, Maduro mengatakan, OPEC harus membantu menentukan solusi berdasarkan dampak dari sanksi AS tersebut terhadap pasar energi global. Selain itu, OPEC juga harus memikirkan risiko bagi negara-negara anggota yang lainnya.

Baca juga, Nicolas Maduro Tolak Bantuan Makanan dan Obat dari AS.

Sanksi minyak AS terjadap Venezuela telah mendorong harga minyak global berada di kisaran 62 dolar AS per barel, pada Senin (11/2) lalu. Sanksi tersebut juga menganggu pengiriman lebih dari 20 tanker minyak dari Venezuela yang telah berlabuh di lepas pantai Teluk AS.

Para analis mengatakan, kapasitas cadangan minyak masih mencukupi dari produsen minyak lainnya seperti Arab Saudi. Selain itu, ada pula cadangan strategis dari negara-negara konsumen untuk mengkompensasi hilangnya ekspor minyak dari Venezuela.

Adapun, OPEC cenderung menghindari perselisihan politik yang melibatkan anggota individu. Tahun lalu, OPEC menolak permintaan Iran untuk membahas sanksi AS terhadap Teheran.

Venezuela pernah menjadi tiga besar produsen minyak OPEC, namun produksi minyak di negara tersebut telah menurun selama beberapa tahun akibat jatuhnya pertumbuhan ekonomi.

Perusahaan riset dan konsultan energi Rystad mencatat, produksi Venezuela anjlok menjadi 680 ribu barel per hari pada 2019. Sementara, pada akhir 2018 produksi minyak di negara tersebut mencapai 1,34 juta barel per hari. Adapun, Venezuela, Iran, dan Libya telah dibebaskan dari pemangkasan pasokan karena penurunan produksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement