Selasa 12 Feb 2019 11:08 WIB

40 Tahun Revolusi, Rakyat Iran Ramai-Ramai Bakar Bendera AS

Trump menilai Pemerintah Iran telah mengecewakan rakyatnya sendiri.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Revolusi Iran 1979
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei

Pejabat Iran pun menanggapi serangan Trump tersebut. Melalui Twitter Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan selama 40 tahun rakyat Iran juga tidak akan kembali ditundukan.

"#40TahunKegagalan menyesuaikan kebijakan AS dengan kenyataan. #40TahunKegagalan untuk mendestabilisasi Iran dengan darah dan harta. Setelah 40 tahun mengambil pilihan yang salah, sudah waktunya bagi @realDonaldTrump untuk memikirkan kembali kegagalan kebijakan AS," tulis Zarif. 

Rakyat Iran sedang menghadapi gejolak perekonomian. Banyak yang menyalahkan ulama yang memimpin negara itu. Gambar-gambar di media sosial menunjukan banyak juga orang yang melakukan aksi unjuk rasa menentang korupsi, pengangguran dan tingginya harga kebutuhan sehari-hari.

"Kehadiran kami dalam perayaan 40 tahun revolusi menunjukan dukungan kami terhadap Republik Islam, tapi tidak berarti kami mendukung korupsi yang dilakukan beberapa pejabat dan pengkhianatan mereka kepada rakyat yang tertindas," tulis salah satu poster yang dipegang salah pengunjuk rasa.

Tahun lalu pemerintah Iran melakukan tindakan keras terhadap aksi unjuk rasa yang memprotes buruknya standar kehidupan rakyat Iran. Unjuk rasa itu menunjukan Pemerintah Iran kini menghadapi tantangan tersulit yang mereka hadapi sejak tahun 2009 ketika rakyat protes atas pemilu yang bermasalah. 

Harga kebutuhan pokok naik sejak Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran 2015 pada tahun lalu. Perekonomian Iran mengalami guncangan ketika AS memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap mereka.

Pada Januari lalu, Rouhani mengatakan Iran sedang menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak Shah digulingkan. Tapi ia kembali mengingatkan akhir dari monarki Shah yang berhasil digulingkan karena hanya membela orang-orang kaya.  "Rakyat Iran memiliki dan akan memiliki kesulitan ekonomi tapi kami akan mengatasi masalah dengan membantu satu sama lain," katanya.

Deputi Kepala bidang hubungan politik Garda Revolusi Iran Yadollah Javani mengatakan Iran akan menghancurkan kota-kota Israel jika AS menyerang. Ia mengatakan AS tidak memiliki keberanian untuk menembakan satu peluru pun.

"Terlepas dari aset defensif dan militernya, tapi jika mereka menyerang kami, kami akan meratakan Tel Aviv dan Haifa dengan tanah," kata Javani kepada kantor berita Iran, IRNA.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak takut dengan ancaman tersebut. Ia mengatakan tidak mengabaikan ancaman rezim Iran, tapi ia juga tidak terkesan dengan mereka.

"Jika rezim ini melakukan kesalahan yang sangat buruk dengan mencoba menghancurkan Tel Aviv dan Haifa, maka hal itu tidak akan berhasil, tapi jika mereka melakukannya maka mereka merayakan Hari Revolusi terakhir mereka, mereka harus memperhitungkannya," kata Netanyahu.

AS dan negara-negara Arab sudah memandang curiga revolusi Iran. Mereka khawatir ideologi radikal Khomenei menyebar ke seluruh Timur Tengah. Saat ini AS, sekutu Arab mereka dan juga Israel menyerang balik pengaruh Iran di Timur Tengah dimana mereka membuat proksi di Suriah, Lebanon dan Yaman.

Saat ini Iran juga memiliki pengaruh yang cukup besar di Irak. Kepala Garda Revolusi Iran di luar negeri Jendral Qassem Soleimani sering difoto dengan milisi Syiah yang bertempur melawan ISIS yang Sunni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement