Selasa 12 Feb 2019 09:01 WIB

Pertempuran Sengit di Kantong Terakhir ISIS Suriah

Pertempuran yang menyebabkan 20 ribu orang mengungsi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Budi Raharjo
Militan ISIS di Suriah. (ilustrasi)
Foto: NBCnews
Militan ISIS di Suriah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHOUZ -- ISIS yang terpojok di kantong terakhir yang mereka kuasai memberikan perlawanan keras terhadap Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) dan pasukan Kurdi yang didukung serangan udara koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Kantor berita Kurdi dan organisasi Syrian Observatory for Human Rights, Selasa (12/2) melaporkan ISIS menggunakan bom bunuh diri, penembak jitu dan bom jebakan untuk menahan laju pergerakan pasukan Kurdi dan SDF.

Kantor berita Italia juga melaporkan seorang fotografer asal Italia Gabriele Micalizzi, 34 tahun terluka diwajahnya dalam pertempuran yang terjadi di desa Baghouz tersebut. Desa yang berada di dekat perbatasan Suriah dengan Irak. Micalizzi terkena pecahan granat tapi nyawanya tidak terancam. Ia sudah dibawa ke Baghdad, ibu kota Irak.  

Belum ada yang mengetahui berapa banyak pasukan ISIS yang masih bertahan di wilayah yang dihujani serangan itu. Diperkirakan jumlahnya masih mencapai ratusan, kebanyakan dari mereka pasukan asing yang berasal dari luar Suriah. Selain itu juga belum diketahui apakah masih ada warga sipil yang terjebak di medan pertempuran tersebut.

Pada hari Sabtu (9/12) lalu SDF melancarkan serangan terakhir mereka untuk mendorong keluar ISIS dari Suriah. Serangan terakhir ini digelar setelah selama berbulan-bulan lamanya mereka bertempur. Pertempuran yang menyebabkan 20 ribu orang mengungsi dari rumah mereka.

Jumlah orang yang mengungsi itu sudah melebihi kapasitas yang dapat ditampung kamp-kamp pengungsian di timur laut Suriah. Dimana kerena musim dingin dan sumber daya yang terbatas membuat kondisi kemanusiaan di sana sudah semakin mengerikan.

Perebutan desa Baghouz dan daerah disekitarnya menandakan semakin dekat berakhirnya perang global melawan ISIS yang berlangsung selama empat tahun. ISIS yang sempat menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak semakin terpojok. Hal ini juga membuat Presiden AS Donald Trump yang mengatakan ISIS sudah kalah dapat menarik pasukan AS dari Suriah.

"AS akan segera menguasai 100 persen wilayah ISIS di Suriah," kata Trump di Twitter. Ia berkali-kali mengatakan tidak ingin AS menjadi polisi dunia dan bertekad menarik mundur 2.000 pasukan AS di Suriah.

Namun pejabat senior dan penasihat militer AS memperingatkan penguasaan terhadap wilayah ISIS tidak berarti membuat kelompok teror itu sudah dikalahkan. Mereka memprediksi ISIS dapat kembali terbentuk dalam waktu enam bulan sampai satu tahun jika cengkraman operasi kontra-terorisme dilepaskan.  

Komandan pasukan AS di Timur Tengah Jenderal Joseph Votel memperkirakan masih ada 1.000 sampai 1.500 pasukan ISIS di wilayah-wilayah kecil yang mereka kuasai. Tapi ia juga mengatakan sisanya sudah 'dibubarkan' atau 'kembali ke masyarakat'.

Beberapa pekan terakhir pemerintah AS mengatakan ISIS sudah kehilangan 99,5 persen wilayah mereka. ISIS kini hanya menguasai daerah sebesar 5 kilometer persegi di mana sebagai besar pasukannya berada di Suriah. Tapi para aktivis dan penduduk Suriah mengatakan ISIS sengaja tidak menunjukan diri di Suriah dan Irak untuk bersiap kembali melancarkan aksi pemberontakan.

Analis politik dari Libanon Assad Bechara mengatakan ISIS adalah kelompok ideologi bukan struktur militer. Mereka tidak dapat dikalahkan hanya dengan perebutan wilayah.

"Penarikan (Amerika) ini akan meninggalkan kevakuman yang sangat besar meskipun sudah mengalahkan kantong terakhir ISIS. Kevakuman ini akan meningkatkan kesulitan internasional dan regional untuk memperkuat kekuasaan dan pengaruh di Suriah," kata Bechara.

Pada gilirannya, tambah Bechara, dapat ISIS dengan mudah kembali melakukan aksi teror. Belum diketahui berapa Baghouz dapat direbut dari ISIS. Pada pekan lalu Trump mengatakan semua wilayah ISIS dapat direbut pada pekan depan.

Namun progresnya lebih lambat daripada yang diperkirakan pejabat-pejabat SDF. Organisasi pemantau perang di Suriah, Syrian Observatory for Human Rights mengatakan SDF bergerak dengan sangat lambat di landang ranjau.

Pergerakan mereka juga ditahan oleh penembak jitu ISIS, selain itu ISIS juga menggunakan jebakan dan bom bunuh diri. ISIS juga kerap menggunakan warga sipil sebagai tameng mereka.

Syrian Observatory for Human Rights melaporkan 13 pasukan ISIS termasuk lima pelaku bom bunuh diri tewas pada hari Senin lalu. Tapi enam pasukan SDF juga tewas dalam pertempuran tersebut. Kantor berita Kurdi juga melaporkan pertempuran sengit di Baghouz.

Dalam pernyataan yang ISIS unggah pada Ahad (10/2) kemarin dua orang martir menyerang pasukan SDF di Baghouz. Dua martir ISIS tersebut menabrakan mobil yang dipenuhi bahan peledak. Kantor berita Suriah melaporkan serangan udara koalisi yang dipimpin AS membunuh dua orang perempuan dan dua orang anak-anak.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement