Rabu 20 Feb 2019 15:18 WIB

Jerman Embargo Senjata ke Saudi, Inggris Minta Kaji Ulang

Embargo Jerman dinilai ikut mempengaruhi industri pertahanan Inggris.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Militer Arab Saudi.
Foto: Reuters
Militer Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mendesak Jerman agar mengkaji kembali keputusan menghentikan ekspor senjata ke Arab Saudi. Menurut dia, langkah itu dapat membahayakan perjanjian senjata penting dengan Riyadh.

"Saya prihatin tentang dampak keputusan Pemerintah Jerman terhadap industri pertahanan Inggris dan Eropa serta konsekuensi bagi kemampuan Eropa untuk memenuhi komitmen NATO-nya," kata Hunt dalam sebuah surat yang ditulisnya untuk Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas, dikutip surat kabar Jerman Der Spiegel.

Baca Juga

Hunt meminta Berlin mengecualikan proyek-proyek pertahanan utama Eropa dari embargo, seperti Eurofighter Typoon and jet tempur Tornado. Jika tidak, Inggris akan kehilangan kepercayaan pada Jerman sebagai mitra.

Jerman telah melarang ekspor senjata ke Saudi sejak Oktober tahun lalu. Keputusan itu diambil setelah mencuatnya kasus pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di gedung konsulat Saudi di Istanbul, Turki.

Larangan yang diberlakukan Jerman mencakup pengiriman suku cadang untuk rudal dan jet tempur. Akibat pelarangan tersebut, Inggris kemungkinan tidak dapat memenuhi banyak kontrak senjata yang menguntungkan dengan Saudi.

Perusahaan pembuat senjata yang berbasis di Inggris, BAE Systems, memprotes keras larangan ekspor Jerman. Menurut mereka hal itu mempengaruhi lebih dari 500 pemasoknya.

BAE diketahui telah menjalin kontrak untuk dengan Pemerintah Saudi untuk mengirim 72 Eurofighter Typoons. Namun kontrak yang ditandatangani pada 2007 tersebut, berada di bawah perjanjian antara pemerintah ke pemerintah. Artinya Pemerintah Inggris juga bertanggung jawab atas kontrak itu.

Inggris telah menghadapi reaksi keras karena terus menyuplai senjata untuk Saudi. Protes muncul karena senjata-senjata itu digunakan Riyadh untuk berperang di Yaman, negara yang mengalami krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement