Jumat 23 Jan 2015 00:52 WIB

Presiden Yaman dan Houthi Sepakat untuk Hentikan Ketegangan

Rep: C84/ Red: Julkifli Marbun
Yaman
Foto: vk.com
Yaman

REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Presiden Yaman, Abdrabuh Mansur Hadi, dan Kelompok Houthi telah setuju untuk mengakhiri konfrontasi yang terjadi di negaranya menyusul pendudukan kelompok tersebut di Istana Presiden pada Rabu (21/1) kemarin.

Houthi yang telah menguasai hampir sebagian besar wilayah Sanaa sejak September lalu terus menekan pasukan pemerintah di ibukota pekan ini.

Kerusuhan telah menimbulkan kekhawatiran internasional. Dewan Keamanan PBB mengutuk serangan dan mendukung Hadi sebagai "otoritas yang sah" di Yaman. Dalam sembilan poin kesepakatan, Houthi setuju untuk menarik diri dari gedung-gedung pemerintah yang mereka dudukipekan ini dalam kekerasan yang menewaskan sedikitnya 35 orang dan melukai 94 orang lainnya, seperti dilansir AFP, Kamis (22/1).

Houthi juga telah berjanji untuk mengosongkan istana presiden, sehari setelah merebut, dan membebaskan kepala Hadi staf, yang diculik pada Sabtu (17/1).

Kelompok Syiah itu juga akan menarik diri dari semua posisi di kediaman presiden dan juga rumah dari Perdana Menteri Khalid Bahah. Sebagai imbalannya, mereka kemungkinan akan mengubah rancangan konstitusi yang rencananya akan dibagi menjadi enam wilayah federal.

Presiden dan Houthi juga sepakat untuk menormalkan kembali situasi ketegangan di ibukota yang terus meningkat dalam beberapa hari terakhir, dan menyerukan orang-orang untuk kembali bekerja dan sekolah.

Berbicara di Washington, Menteri Luar Negeri AS John Kerry, mengatakan Houthi masih mengakui Hadi sebagai presiden, dan para pejabat AS akan mengadakan pertemuan dengan Hadi dalam waktu dekat ini. Dia mengatakan akan menuju ke Gedung Putih untuk membicarakan krisis yang tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement