Sabtu 09 Jan 2016 18:58 WIB

Kepada PBB, Iran Keluhkan Provokasi yang Dilakukan Arab Saudi

Rep: Reza Irfa Widodo/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi Saudi vs Iran.
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Saudi vs Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Dalam suratnya kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-Moon, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengungkapkan kekecewaan Iran atas serangkaian tindakan provokasi yang dilakukan Arab Saudi.

Tindakan provokasi itu termasuk eksekusi mati terhadap ulama Syiah, Syeikh Nimr al-Nimr. Pascaeksekusi terhadap Al-Nimr, yang dilakukan 2 Januari silam itu, hubungan diplomatik kedua negara memang terus memanas.

Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran, Iran, sempat diserang.Tidak hanya itu, sebagai bentuk protes, Zarif pun mengirimkan surat resmi ke Sekjen PBB, Ban Ki-Moon.Dalam suratnya itu, Zarif menyatakan, ulah yang dilakukan Arab Saudi adalah bentuk provokasi untuk menyeret kawasan Timur Tengah masuk ke dalam krisis yang lebih dalam.

Iran, lanjutnya, tidak akan pernah berusaha untuk meningkatkan tensi di kawasan Timur Tengah.Namun, Iran tidak pernah bisa menjanjikan jika ketegangan di kawasan meningkat akibat langkah Arab Saudi tersebut.

Bahkan, ia menyebut, apa yang dilakukan oleh Arab Saudi adalah provokasi langsung terhadap Iran.''Mereka bisa saja terus menunjukan dukungan ke kelompok-kelompok ekstrimis dan teroris, serta terus mempromosikan kebencian sektarian. Atau sebenarnya mereka bisa memilih jalan yang lebih baik dalam hubungan internasional dan memainkan peran yang lebih konstruktif dalam keamanan kawasan Timur Tengah,'' ujar Menlu dalam suratnya kepada Sekjen PBB, seperti dikutip Reuters, Sabtu (9/1).

Baca juga, Ini Jalan Panjang Konflik Saudi-Iran, dari Revolusi Hingga Insiden Makkah.

Tidak hanya berhenti di situ, Zayid juga menyebut, Arab Saudi sebenarnya memiliki peran dalam kekacauan dan konflik-konflik yang terjadi di sejumlah negara Timur Tengah. Hal ini terutama terkait dengan keanggotaan dari kelompok-kelompok teroris di sejumlah negara. ''Rata-rata anggota dari Alqaidah, Taliban, ISIS, dan Front Al Nusra adalah warga negara Arab Saudi. Atau mereka telah mencuci otak orang-orang lain dengan menggunakan uang dari penjualan minyak,'' ujarnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement