Jumat 30 Jun 2017 09:09 WIB

Abaikan Peraturan Perang, 13,5 Juta Orang Terjebak Krisis

Pemandangan kota Suriah yang hancur akibat perang (Ilustrasi)
Pemandangan kota Suriah yang hancur akibat perang (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan Stephen O-Brien memperingatkan, 13,5 juta orang di Timur Tengah terjebak dalam krisis yang setiap hari mengancam nyawa mereka.

Ketika memberi penjelasan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai situasi kemanusiaan di Suriah, Kamis (29/6), O'Brien yang juga adalah Koordinator Bantuan Darurat PBB mengatakan, krisis itu mempengaruhi demikian banyak orang. "Kami telah menyaksikan berkali-kali sepenuhnya diabaikannya peraturan perang. Warga sipil menghadapi kenyataan yang mengerikan. Bom berjatuhan di gedung sekolah, rumah sakit, dan daerah permukiman setiap hari," ujarnya.

Sementara itu O'Brien juga membahas upaya PBB untuk memperoleh akses ke daerah yang sulit dicapai di Suriah. Ia menambahkan bahwa, meskipun PBB melancarkan upaya terbaik. "Pasokan kami terus-menerus harus dipindah dari truk kami bahkan sebelum kami dapat mengirimnya", katanya, Jumat (30/6).

Selama tahun ini saja, hampir 200 ribu perawatan dipaksa dipindahkan. Ia mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa pekerja kemanusiaan harus mampu mengirim bantuan dengan dasar keperluan. "Sekarang lah waktunya. Dan penundaan akan berarti kematian lagi. Waktu terus berjalan," katanya.

Konflik Suriah, yang kini memasuki tahun ketujuh, telah merenggut sangat banyak korban jiwa di kalangan warganya. Ratusan ribu orang telah kehilangan nyawa, sebanyak 6,3 juta orang menjadi pengungsi di dalam negeri itu, dan sebanyak 5,1 juta orang dipaksa mengungsi ke luar perbatasan.

Situasi sangat menyedihkan di Raqqa, tempat serangan dilancarkan untuk merebut kembali kota tersebut dari petempur kelompok gerilyawan di Irak dan Levant (ISIL/Da'esh), dan selama beberapa hari belakangan sepenuhnya terkepung.

Menurut Kantor Komisaris PBB Urusan Kemanusiaan (OHCHR), sedikitnya 173 orang dilaporkan telah tewas dalam serangan udara dan darat. "Meskipun sebanyak 25 ribu orang dilaporkan telah meninggalkan kota itu sejak operasi paling akhir dilancarkan, tak kurang dari 100 ribu warga sipil masih terjebak di sana," kata O'Brien.

Mengenai operasi bantuan di Suriah, O'Brien mengatakan, pekerjaan kemanusiaan masih sangat sulit dan pembatasan birokrasi menjadi penghalang utama serta pemindahan pasokan bantuan telah membuat ruang operasi sangat rumit. Pembatasan birokrasi, katanya, menghambat rombongan dan seringkali memaksa mereka membatalkan misi mereka atau berputar, sehingga pekerja bantuan rentan terhadap serangan.

Dalam satu peristiwa, seorang pengemudi satu truk dihantam peluru penembak gelap setelah rombongannya dipaksa kembali untuk menghindari perjalanan pada malam hari. Rombongan tersebut telah dihentikan selama beberapa jam di satu pos pemeriksaan Pemerintah. Seorang pengemudi lain juga diterjang peluru. Pengemudi yang cedera selamat dan berada dalam kondisi stabil.

sumber : Antara/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement