Rabu 02 Aug 2017 14:38 WIB

Lebih dari Sejuta Anak di Yaman Berisiko Kolera

Rep: Puti Almas/ Red: Agus Yulianto
Bocah yang diprediksi dapat terserang penyakit kolera (Ilustrasi)
Bocah yang diprediksi dapat terserang penyakit kolera (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Lebih dari satu juta anak yang mengalami gizi buruk di Yaman berisiko tinggi terkena kolera. Banyak di antaranya yang diperkirakan berusia di bawah lima tahun.

Epidemi kolera yang mematikan pertama kali mewabah di Yaman pada April 2015. Hingga saat ini, penyakit itu telah menginfeksi lebih dari 425 ribu orang dan sekitar 1.900 orang tewas.

Badan amal Save The Children mengatakan, upaya untuk mengirimkan ahli kesehatan ke sejumlah daerah di Yaman yang terkena dampak paling parah tengah dilakukan. Kondisi malnutrisi membuat kolera dengan mudah menyerang warga di negara itu, khususnya anak-anak yang rentan penyakit.

Perang saudara di negara itu membuat rendahnya perekonomian dan meninggalkan jutaan orang terus menderita kelaparan. Infeksi yag menjangkit orang-orang diperburuk dengan sulitnya akses kesehatan di Yaman.

"Tragedi terjadinya malnutrisi dan kolera yang sebenarnya dapat diobati dengan segera, namun sulit di Yaman karena akses kesehatan yang terbatas, bahkan untuk yang dasar sekalipun," ujar direktur Save The Children untuk Yaman, Tamer Kirolos, dilansir Middle East Monitor, Rabu (2/8).

Save The Children juga mencatat bahwa setiap 35 detik satu orang anak terjangkit kolera di Yaman. Dengan demikian, setidaknya 30 orang setiap harinya berada dalam kondisi kritis akibat penyakit ini.

Kolera adalah penyakit yang disebarkan melalui konsumsi makanan dan air. Bakteri Vibrio Cholerae yang mengontaminasi dapat mengakibatkan kematian dengan cepat, dalam hitungan jam jika tida diobati.

Save The Children saat ini mengoperasikan 14 pusat perawatan kolera. Lebih dari 90 unit rehidrasi di Yaman juga tersedia. Dari laporan yang ada, lebih dari satu juta anak dengan gizi buruk tinggal di wilayah yang rentan dengan penyakit kolera.

Perang sipil di negara itu terjadi hampir selama dua tahun, tepatnya pada awal 2015 lalu. pertempuran antara pasukan pemerintah serta kelompok Houthi. Konflik itu telah membuat setidaknya 10 ribu warga sipil tewas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement