Selasa 28 Nov 2017 13:56 WIB

Hariri Minta Hizbullah Bersikap Netral

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Mantan Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri.
Foto: Reuters
Mantan Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri meminta Hizbullah berisikap netral dan tidak mencampuri urusan konflik regional. Menurutnya hal tersebut perlu dilakukan untuk mengakhiri krisis politik di Lebanon.

Hizbullah, yang didukung Iran merupakan bagian dari pemerintah Lebanon. Selama ini Hizbullah telah membantu Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam memerangi milisi ISIS. Arab Saudi dan sekutunya bahkan menyebut Hizbullah memiliki peran menyokong kelompok Houthi Yaman dan mendukung milisi di Bahrain.

Aktivitas Hizbullah ini cukup dikhawatirkan oleh Hariri yang enggan negaranya terseret dalam konflik regional. "Saya tidak menginginkan sebuah partai politik di pemerintahan saya yang mengganggu negara-negara Arab terhadap negara-negara Arab lainnya. Saya menunggu netralitas yang kita sepakati di pemerintahan," ujar Hariri.

Menurutnya, Lebanon tidak dapat menyelesaikan pertanyaan seperti Hizbullah yang berada di Irak, Suriah, dan di tempat lainnya karena Iran. Ini adalah solusi politik regional yang perlu dilakukan.

"Interverensi Iran mempengaruhi kita semua. Jika kita menginginkan sebuah kebijakan yang bagus untuk wilayah kita seharusnya tidak ikut campur," ucapnya.

Kendati demikian, menurutnya saat ini Hizbullah tengah melakukan dialog positif. "Mereka tahu kita harus tetap netral di wilayah ini," ujar Hariri.

Namun bila Hizbullah tetap bersikeras campur tangan dalam konflik regional Arab, Hariri menyatakan tak akan ragu mengundurkan diri kembali sebagai perdana menteri seperti yang telah dilakukannya pada awal November lalu. Ia mengatakan jika konsultasi pekan ini berakhir positif, dia mungkin akan merombak susunan pemerintahan dan akan bersedia berpartisipasi dalam pemilu sebelum tahun depan.

Pada 4 November lalu, Hariri mengumumkan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri Lebanon dari Arab Saudi. Ia memutuskan mengundurkan diri dengan alasan adanya rencana pembunuhan dirinya.

Pengumuman pengunduran diri Hariri cukup mengejutkan Lebanon karena dinilai berpotensi meruntuhkan koalisi pemerintahan dan menjatuhkan negara tersebut ke dalam krisis politik baru. Di sisi lain, pengunduran diri Hariri dapat mendorong Lebanon ke garis depan perselisihan sektarian regional antara Sunni Arab dan Syiah Iran. Konflik ini telah berlangsung di Yaman, Irak, Suriah, dan Bahrain.

Dalam pernyataannya ketika mengundurkan diri, Hariri pun secara langsung menuding Iran dan sekutunya di Lebanon, yakni Hizbullah, telah membawa negaranya ke dalam ancaman sanksi internasional.Namun pejabat tinggi Lebanon justru menuding Arab Saudi yang memaksa Hariri mengundurkan diri.

Kendati demikian, saat kembali ke Lebanon pada 21 November lalu, Hariri mengumumkan pembatalan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri. Pengumuman tersebut dibuat Hariri setelah bertemu dengan Presiden Lebanon Michel Aoun.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement