Selasa 26 Dec 2017 07:48 WIB
Evaluasi 2017

ISIS Kalah Telak, Milisi Pulang Kampung

Warga Irak merayakan bebasnya Mosul dari cengkeraman ISIS di Lapangan Tahrir di Baghdad, Irak, Ahad, 9 Juli 2017.
Foto: AP Photo/Hadi Mizban
Warga Irak merayakan bebasnya Mosul dari cengkeraman ISIS di Lapangan Tahrir di Baghdad, Irak, Ahad, 9 Juli 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, Tahun 2017 diwarnai oleh kekalahan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). ISIS dipukul mundur dari basisnya di Mosul (Irak) dan Raqqa (Suriah). Kini ISIS hanya melakukan serangan-serangan gerilya dari pinggiran-pinggiran kota.

Pada Juli 2017, Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi mengumumkan pembebasan Mosul atas ISIS. Abadi bahkan datang langsung ke kota yang menjadi basis pendukuk Saddam Hussein tersebut.

Rakyat Irak merayakan kemenangan di jalanan kota. Mereka mengibarkan bendera Irak dan saling berpelukan satu sama lain.   Kemenangan Irak tak terlepas dari bantuan gabungan milisi dan serangan udara AS.

Sebelumnya kota terbesar kedua di Irak ini jatuh ke tangan ISIS pada Juli 2014. Artinya butuh waktu tiga tahun untuk merebut kota tersebut.

Kekalahan di Mosul menjadi pukulan telak buat ISIS. Para pemberontak telah kehilangan kota strategis dan menyerahkan tempat Abu Bakr al-Baghdadi mendeklarasikan kekhalifahan versinya itu.    

Tak berhenti di sana, kekalahan ISIS terus berlanjut. Para pemberontak kembali kalah dalam pertempuran di Raqqa, Suriah. Pada Oktober 2017 milisi yang didukung AS mengibarkan bendera di Stadion Raqqa.  

Komandan kampanye Raqqa, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) Rojda Felat mengatakan, pertarungan melawan ISIS telah berakhir. Kota Raqqa, kerap dijadikan alat propaganda ISIS sebagai tempat impian hidup. Dari kota ini pula ISIS melancarkan beragam aksi teror ke luar negeri.

Banyak milisi ISIS asing kini dikabarkan telah balik ke kampung halaman masing-masing. Ada yang pulang ke Eropa atau ke Asia, termasuk Indonesia.

Peneliti dari the Soufan Centre memperkirakan setidaknya ada 425 anggota ISIS yang telah balik lagi ke Inggris.

Selain itu data menyebut ada 900 milisi balik ke Turki, Tunia (800) dan Arab Saudi (760). Peneliti khawatir banyak para milisi yang tak terdata di badan keamanan.

Pemimpin negara Eropa mengingatkan kemungkinan para milisi akan melancarkan aksi teror di daerah masing-masing. Pengawasan ketat telah dilakukan di berbagai negara.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement