Kamis 01 Feb 2018 08:26 WIB

Macron Ingatkan Turki Soal Operasi Militer Lawan Kurdi

Turki menganggap YPG merupakan organisasi teroris.

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Foto: AP Photo/Thibault Camus
Presiden Prancis Emmanuel Macron.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan Turki bahwa operasinya terhadap milisi Kurdi di Suriah utara seharusnya tidak menjadi alasan bagi Turki untuk menyerang Suriah. Ia mengatakan Ankara harus mengkoordinasikan tindakannya dengan sekutu-sekutunya.

Turki pekan lalu meluncurkan serangan udara dan darat di Suriah barat laut, yang menargetkan milisi YPG Kurdi di wilayah Afrin. Tindakan itu telah membuka front baru dalam perang yang telah berlangsung tujuh tahun dan mengikat hubungan dengan sekutu NATO di Turki.

"Jika ternyata operasi ini selain untuk melawan ancaman teroris potensial ke perbatasan Turki dan menjadi operasi invasi, maka hal ini menjadi masalah bagi kami," kata Macon dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Le Figaro.

Turki menganggap YPG sebagai organisasi teroris dan perpanjangan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah melakukan pemberontakan selama tiga dekade di tenggara Turki yang sebagian besar Kurdi.

Perdana Menteri Turki Binali Yildirim membela operasi militer tersebut dengan mengatakan bahwa pihaknya bertujuan untuk mengamankan keamanan negara dan melindungi orang-orang Arab, Kurdi dan Turkemens dari organisasi teroris.

"Jika Prancis menafsirkan masalah ini sebagai operasi invasi, kita perlu menilai apa yang telah mereka lakukan di Suriah," kata Yildirum pada sebuah konferensi pers di samping Perdana Menteri Libanon Saad al-Hariri di Ankara.

 

Baca juga, Turki Kecam Undangan Rusia untuk Kurdi Suriah.

 

Ia mengatakan Turki tidak bertindak dengan pikiran invasif. Amerika Serikat dan Prancis telah mempersenjatai dan melatih milisi yang dipimpin YPG dalam perang melawan ISIS di Suriah.

Macron mengatakan akan membawa masalah ini ke Presiden Turki Tayyip Erdogan dan meminta diskusi antara orang-orang Eropa serta negara-negara sekutu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement