Senin 16 Apr 2018 22:07 WIB

Putin Peringatkan Serangan ke Suriah Picu Kekacauan Global

Tiga negara yang menyerang Suriah mengklaim rudal hanya menarget fasilitas senjata.

Red: Nur Aini
Dalam gambar yang diambil oleh Angkatan Laut AS, kapal penjelajah kendali-rudal USS Monterey (CG 61) menembakkan rudal Tomahawk ke Suriah, Sabtu, (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.
Foto: Letnan john Matthew Daniels / Angkatan Laut AS melalui AP
Dalam gambar yang diambil oleh Angkatan Laut AS, kapal penjelajah kendali-rudal USS Monterey (CG 61) menembakkan rudal Tomahawk ke Suriah, Sabtu, (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa serangan lanjutan oleh negara-negara Barat terhadap Suriah akan menimbulkan kekacauan global.

Dalam pembicaraan telepon antara Putin dengan dengan Presiden Iran, Hassan Rouhani, kedua tokoh itu sepakat bahwa serangan negara-negara Barat telah menutup kesempatan bagi tercapainya resolusi politik bagi konflik di Suriah.

"Putin secara khusus menekankan bahwa jika aksi yang melanggar Piagam PBB itu dilanjutkan, maka akan terjadi kekacauan dalam hubungan internasional," kata Kremlin dalam pernyataan tertulis.

Sementara itu, Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan bahwa pihaknya akan menjatuhkan sanksi ekonomi baru kepada sejumlah perusahaan yang terlibat dengan penggunaan senjata kimia yang diduga dilakukan oleh Presiden Suriah.

Sebelumnya pada Sabtu (14/4), Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris menembakkan 105 rudal dengan target tiga tempat yang diduga menjadi fasilitas persenjataan kimia di Suriah. Aksi itu merupakan balasan terhadap serangan gas beracun di Douma pada 7 April lalu.

Sejumlah negara Barat menunjuk Bashar sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan Douma yang menewaskan puluhan orang. Sementara pemerintah Suriah dan Rusia membantah telah terlibat. Tembakan rudal pada Sabtu adalah intervensi terbesar dari negara-negara Barat di Suriah.

Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris mengatakan bahwa serangan rudal itu hanya menarget fasilitas persenjataan kimia Suriah dan tidak ditujukan untuk menggulingkan Bashar ataupun mengintervensi perang sipil di sana. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa dirinya telah berhasil menyakinkan Trump, yang sebelumnya ingin menarik pasukan Amerika Serikat dari Suriah, untuk tetap mempertahankan keterlibatan di negara tersebut.

Namun pernyataan Macron itu dibantah oleh Gedung Putih. "Misi Amerika Serikat tidak berubah, persiden sudah menegaskan bahwa dia ingin agar pasukan Amerika Serikat bisa kembali ke rumah secepatnya," kata juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders.

Sementara itu wakil kepala komite pertahanan parlemen Rusia, Evgeny Serebrennikov, menjawab rencana Amerika Serikat untuk menjatuhkan sanksi ekonomi dengan mengatakan bahwa pihaknya siap. "Sanksi itu memang berat bagi kami, tapi juga akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar bagi Amerika Serikat dan Eropa," kata Serebrennikov kepada kantor berita RIA.

Di Damaskus, Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad, telah bertemu dengan tim lembaga pemantau senjata kimia global, OPCW, selama tiga jam dengan didampingi sejumlah pejabat Rusia. Tim OPCW akan mengunjungi Douma untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia di sana. Moskow mengecam Barat karena menolak menunggu temuan OPCW sebelum menggelar serangan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement