Selasa 08 May 2018 10:36 WIB

Perempuan Afghanistan Lawan Opium dengan Gim

Puluhan perempuan mudah Afghanistan membangun aplikasi gim melawan opium.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Petugas keamanan Afghanistan menghancurkan ladang opium di Noorgal, Provinsi Kunar, Afghanistan.
Foto: AP/Rahmat Gul
Petugas keamanan Afghanistan menghancurkan ladang opium di Noorgal, Provinsi Kunar, Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Lebih dari 20 perempuan muda Afghanistan di kota Herat telah memantapkan diri untuk menjadi ahli komputer, yang membangun aplikasi dan situs serta melacak bug dalam kode komputer. Para coder perempuan tersebut juga mengukuhkan kemampuan mereka sebagai pembuat permainan atau gim, setelah mengunggah lebih dari 20 gim di toko aplikasi digital tahun ini.

"Coder dapat bekerja dari rumah dan dalam proses ini para perempuan sedang membangun jalur karier baru untuk diri mereka sendiri dan untuk generasi berikutnya," kata Hasib Rasa, manajer proyek Code to Inspire, yang mengajarkan coding kepada para siswi itu.

Salah satu game yang dirancang oleh tim coder perempuan tersebut telah menarik perhatian pengembang dan para gamer, karena menggambarkan perlawanan terhadap opium. Permainan itu juga menunjukkan tantangan yang dihadapi pasukan keamanan Afghanistan ketika mereka mencoba untuk membasmi opium.

Game 2D berjudul "Fight Against Opium" adalah gim animasi dari misi yang dilakukan tentara Afghanistan untuk menghancurkan ladang opium, melawan penguasa obat bius, dan membantu para petani beralih ke tumbuhan kunyit.

Afghanistan adalah sumber opium terbesar di dunia dan juga sumber utama tanaman kuma-kuma atau safron, rempah paling mahal di dunia. Safron telah lama didorong sebagai tanaman alternatif untuk para petani agar mereka tidak lagi menanam opium yang biasa digunakan untuk membuat heroin. Meskipun telah dilarang, produksi opium di Afghanistan mencapai rekor pada 2017 dengan kenaikan 87 persen dibandingkan 2016.

Khatira Mohammadi, seorang mahasiswi yang membantu mengembangkan game anti-opium, mengatakan dia ingin menunjukkan kompleksitas masalah narkoba dengan cara yang paling sederhana. "Kami telah mengilustrasikan masalah utama negara kami melalui sebuah game," kata Mohammadi.

Dalam proyek Code to Inspire, lebih dari 90 gadis Afghanistan dilatih pengkodean dan pengembangan perangkat lunak. Profesi tersebut dilihat oleh beberapa orang di Afghanistan yang konservatif sebagai profesi yang tidak layak untuk wanita.

Di masyarakat Afganistan, tidak biasa bagi perempuan untuk bekerja di luar rumah. Mereka yang melakukannya kebanyakan berprofesi sebagai guru, perawat, dokter, bidan, dan pekerja rumah tangga.

Setelah penggulingan Taliban pada 2001, perempuan mendapatkan kembali kebebasan untuk bekerja di kantor dengan rekan pria. Namun banyak yang menganggap bekerja sebagai pengembang perangkat lunak adalah langkah terlalu jauh.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement