Selasa 14 Aug 2018 16:54 WIB

Erdogan: Turki Boikot Produk Elektronik AS, Termasuk Iphone

Erdogan yakin, Turki memiliki salah satu sistem perbankan paling kuat di dunia.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: PA-EFE/KAYHAN OZER
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan pada Selasa (14/8) bahwa Turki mulai memboikot produk elektronik buatan Amerika Serikat (AS). Langkah ini sebagai perlawanan Ankara atas tekanan Washington terhadap ekonomi Turki. 

"Kami akan memboikot produk elektronik Amerika. Jika mereka memiliki Iphone, mulai kami boikot. Kami punya produk kami sendiri, Venus Vastel. Kami akan tegas mengambil langkah ini," kata Erdogan dikutip dari laman Hurrietdaily News pada Selasa (14/8).

Erdogan optimistis, Turki memiliki salah satu sistem perbankan yang paling kuat di dunia dalam segala hal. Oleh karena itu, negaranya siap memboikot produk-produk asal dan buatan AS.

"Kita dapat melakukan dua hal. Satu dalam ekonomi yang lain dalam politik. Kami telah mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan ekonomi. Apa yang lebih penting, saya pikir, adalah menjaga sikap politik kami yang kuat," ujarnya menambahkan.

Baca juga, Krisis Keuangan Turki Berdampak ke Indonesia.

Konflik ini merupakan rentetan perseteruan ketegangan antara kedua negara. Serangan ekonomi ini dinilai sebagai sanksi AS terhadap Turki atas penangkapan pendeta Amerika di Turki, Andrew Brunson, sehingga kemitraan di antara kedua negara menjadi rumit.

Sebelumnya, kedua negara itu juga berselisih mengenai Suriah. Perselisihan itu membuat gelisah pasar global pekan lalu sebab para investor mengkhawatirkan potensi penularan ekonomi dari Turki, khususnya bank-bank di Eropa.

Lira jatuh sekitar 16 persen terhadap dolar AS pada Jumat (10/8). Pelemahan tersebut terjadi saat Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif baja dan aluminium di Turki.

Pada Ahad (12/8), lira terjun bebas ke rekor baru sebesar 7,23 per dolar AS sebelum pulih menjadi 6,82 per dolar AS pada perdagangan Senin.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan memberi sanksi pada Turki atas penahanan seorang pendeta AS. Pendeta tersebut ditahan karena dicurigai sebagai mata-mata.

Trump mengatakan, Andrew Brunson (50) yang saat ini ditahan telah menderita setelah menghabiskan 18 bulan di penjara Turki. Dengan alasan masalah kesehatan, ia pun dipindah menjadi tahanan rumah awal pekan ini.

 

Trump pun memberikan dukungannya melalui cicitan yang ia tulis di akun Twitter-nya, Kamis (26/7). Dalam cicitannya, Trump menggambarkan Brunson sebagai orang yang tidak bersalah dan beriman.

"Amerika Serikat akan memberlakukan sanksi besar pada Turki atas penahanan lama mereka terhadap Pendeta Andrew Brunson, seorang Kristen yang hebat, seorang pria keluarga dan manusia yang luar biasa," tulis Trump di akun Twitter-nya, seperti  dilansir Sky News, Kamis (26/7).

Baca juga, Turki Jawab Ancaman Trump Soal Yerusalem.

Jika terbukti sebagai mata-mata, Brunson yang menyangkal semua tuduhan yang diberatkan padanya, bisa menerima 20 tahun tambahan hukuman penjara. "Dia sangat menderita. Orang yang tidak bersalah ini harus segera dibebaskan!" katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement