Selasa 09 Oct 2018 19:01 WIB

PBB Desak Turki dan Saudi Selidiki Hilangnya Jamal Khashoggi

Jamal Khashoggi dilaporkan hilang sejak memasuki konsulat Saudi di Istanbul.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Tawakkol Karman, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian untuk 2011 memegang gambar penulis Arab yang hilang Jamal Khashoggi saat ia berbicara kepada wartawan dekat konsulat Arab Saudi, di Istanbul, Turki.
Foto: AP /Emrah Gurel, File
Tawakkol Karman, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian untuk 2011 memegang gambar penulis Arab yang hilang Jamal Khashoggi saat ia berbicara kepada wartawan dekat konsulat Arab Saudi, di Istanbul, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID,  JENEWA -- Kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan keprihatinan mendalam atas hilangnya wartawan Saudi Jamal Khashoggi sepekan yang lalu. PBB mendesak Turki dan Arab Saudi untuk menyelidiki hilangnya Jamal.

Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Senin meminta Riyadh untuk membuktikan klaimnya bahwa Khashoggi telah meninggalkan konsulat Saudi di Istanbul. Sementara Washington mendesak Arab Saudi untuk mendukung penyelidikan atas hilangnya Jamal.

"Ya, ini adalah keprihatinan serius, penghilangan paksa yang jelas dari Khashoggi dari konsulat Saudi di Istanbul. Jika laporan kematiannya dan keadaan luar biasa yang mengarah ke sana benar, ini benar-benar mengejutkan," kata juru bicara Hak Asasi Manusia Ravina Shamdasani.

Jamal Khashoggi sebelumnya adalah seorang editor surat kabar terkemuka di Arab Saudi dan seorang penasihat mantan kepala intelijen. Laporan dia menghilang telah memicu kekhawatiran, terutama setelah sumber-sumber Turki mengatakan selama akhir pekan bahwa pihak berwenang yakin dia telah tewas di dalam konsulat.

"Kami menyerukan kerja sama antara Turki dan Arab Saudi untuk melakukan investigasi yang cepat dan tidak memihak terhadap keadaan hilangnya Khashoggi dan membuat temuan-temuan itu menjadi publik. Kedua negara memiliki kewajiban di bawah hukum pidana dan hukum hak asasi manusia internasional," kata Shamdasani.

Sepekan yang lalu, Jamal memasuki konsulat untuk mendapatkan dokumen yang  dibutuhkan. Teman-temannya tidak pernah mendengar kabar darinya sejak saat itu. Kondisi itu menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan Jamal .

Jamal dikenal karena wawancara dan perjalanannya bersama Osama bin Laden antara 1987 dan 1995, termasuk di Afghanistan di mana dia menulis tentang pertempuran melawan pendudukan Soviet di wilayah itu. Pada awal 1990-an, dia juga berusaha membujuk bin Laden untuk berdamai dengan keluarga kerajaan Saudi dan kembali ke rumahnya dari markasnya di Sudan. Tetapi pemimpin al-Qaida itu menolak.

Jamal mempertahankan hubungan dengan elit Saudi dan meluncurkan saluran berita satelit, Al-Arab, dari Bahrain pada 2015 dengan dukungan miliarder Saudi Pangeran Alwaleed Bin Talal. Saluran itu tetap mengudara selama kurang dari 11 jam sebelum ditutup. Miliarder yang membiayai saluran berita itu kemudian ditangkap oleh Pangeran Mohammed bin Salman pada  2017.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement