Rabu 28 Nov 2018 13:19 WIB

Musim Kemarau, Sejumlah Anak Afghanistan Terpaksa Dinikahkan

Puluhan ribu orang dilaporkan mengungsi.

Kemarau ekstrem (ilustrasi).
Foto: cctv america
Kemarau ekstrem (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PHNON PENH -- Musim kemarau terburuk dalam beberapa dekade di Afghanistan telah mendorong puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka.  Tak hanya itu sejumlah keluarga juga terpaksa menikahkan anaknya untuk memperoleh uang agar bisa tetap bertahan hidup. Demikian diungkapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Selasa (27/11).

"Sudah sekitar 223 ribu orang pergi dari rumah-rumah mereka di sejumlah provinsi seperti Herat, Badghis dan Ghor, di Afghanistan barat yang dilanda musim kering tahun ini," menurut UNICEF, badan PBB yang mengurusi kesejahteraan anak-anak.

Organisasi Pertanian dan Pangan PBB (FAO) mengatakan, keluarga-keluarga Afghanistan telah menjual ternak dan pindah ke kota-kota tempat yang mudah bagi mereka memperoleh akses bantuan dan layanan.

Beberapa keluarga bahkan mengambil langkah-langkah drastis dengan menikahkan anaknya. UNICEF mendokumentasikan 161 pertunangan atau pernikahan anak di Herat dan Badghis antara Juli dan Oktober. Di antara jumlah tersebut, 155 adalah anak-anak perempuan dan enam anak-anak lelaki.

"Musim kemarau saat ini yang terburuk dalam beberapa dekade," kata Alison Parker, juru bicara UNICEF, kepada Thomson Reuters Foundation. "Anak-anak dijadikan agunan."

Baca juga, Presiden Afghanistan Cari Bantuan Internasional di Swiss.

Keluarga-keluarga menerima uang yang dapat meredakan kesulitan keuangan mereka.

Banyak keluarga yang mengalami dampak kemarau terpaksa meminjam uang untuk membayar transportasi, makanan dan layanan kesehatan.

World Vision, badan amal, melaporkan bahwa setengah rumah tangga yang disurveinya di Badghis pada September mengatakan pernikahan anak-anak merupakan langkah yang diambil agar mereka bisa makan di saat kemarau.

Sekitar 11 juta orang atau hampir setengah penduduk Afghanistan di kawasan pedesaan- akan menghadapi "ketidakamanan pangan yang sangat akut" hingga Februari. Hal itu berdasarkan perkiraan sistem "Integrated Food Security Phase Classification (IPC)" yang digunakan badan-badan amal untuk mengukur tingkat kelaparan.

"Perang saudara yang berlangsung bertahun-tahun dan kondisi banyak lahan yang sangat menurun menimbulkan akibat musim kekeringan," menurut laporan IPC sejak Agustus.

Selain orang-orang yang pergi meninggalkan rumah mereka, konflik antara pemerintah dan kelompok-kelompok bersenjata, termasuk Taliban, sejauh ini telah membuat sedikitnya 282 ribu orang terlantar tahun ini.

Perang selama 17 tahun itu juga telah menghancurkan sistem pendidikan Afghanistan.

Dengan kenaikan jumlah serangan atas sekolah, guru dan siswa, jumlah anak-anak yang tak mengenyam pendidikan meningkat untuk pertama kali sejak tahun 2002.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement