Selasa 15 Jan 2019 20:11 WIB

Turki Kembali Instruksikan Penangkapan Pengikut Gulen

Lebih dari 77 ribu orang dijebloskan ke penjara sambil menungu sidang oleh Turki.

Ulama Turki yang tinggal di AS,  Fethullah Gulen.
Foto: reuters
Ulama Turki yang tinggal di AS, Fethullah Gulen.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Turki memerintahkan penangkapan 192 orang yang diduga memiliki keterkaitan dengan Fethullah Gulen, tokoh Muslim yang berbasis di Amerika Serikat dan dituduh menjadi dalang upaya kudeta 2016. 

Operasi kepolisian dengan menargetkan pengikut Fethullah Gulen dilakukan secara teratur, sejak upaya kudeta gagal, dan mendapatkan momentum baru-baru ini. 

Mengutip Hurriyet, Selasa (15/1), pihak berwenang di Istanbul dan Adana memerintahkan penangkapan terhadap lebih dari 100 tersangka dari kalangan militer pekan lalu.

Kantor Kepala Kejaksaan Ankara telah menangkap 50 tersangka dari militer. Mereka terdiri dari tiga letnan dan 47 sersan serta 55 orang yang dituduh menggunakan aplikasi pesan ByLock.

Turki, yang melarang aplikasi pesan ByLock pascapercobaan kudeta, mengatakan bahwa pengikut Gulen menggunakan aplikasi tersebut untuk berkomunikasi pada malam 15 Juli 2016, saat sekelompok tentara pembangkang berupaya melengserkan pemerintahan. Kejadian itu menewaskan sekitar 250 orang.

Gulen, yang merupakan mantan sekutu Presiden Tayyip Erdogan dan tinggal dalam pengasingan di Amerika Serikat sejak 1999, membantah sejumlah tuduhan dan mengecam kudeta tersebut.

Kantor Kejaksaan di Provinsi Konya memerintahkan penahanan 50 orang, termasuk personel militer dan kontak-kontak mereka dalam jaringan Gulen.

Kantor kejaksaan dari dua provinsi lain, yakni Mugla dan Kocaeli, masing-masing mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap 15 hingga 22 personel militer.

Lebih dari 77 ribu orang dijebloskan ke penjara sambil menungu sidang, sedangkan 150 ribu pegawai sipil, personel militer dan lainnya telah dipecat atau ditangguhkan dari pekerjaan sebagai bagian dari aksi bersih-bersih pascapercobaan kudeta.

Kalangan pembela HAM serta negara-negara Barat sekutu Turki telah menyuarakan keprihatinan atas tindakan keras tersebut. 

Mereka mengatakan Presiden Tayyip Erdogan memanfaatkan kudeta yang gagal itu sebagai satu dalih untuk meredam oposisi. Pemerintah mengatakan langkah keamanan diperlukan karena besarnya ancaman yang dihadapi Turki.

   

 

sumber : Reuters/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement