Selasa 05 Mar 2019 03:40 WIB

Saudi: Kembalinya Suriah ke Liga Arab Terlalu Dini Dibahas

Suriah didepak dari Liga Arab tak lama setelah konflik sipil pecah di negara tersebut

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
 Pemandangan kota yang hancur, penuh dengan puing-puing yang berserakan akibat perang saudara di kota Homs, Suriah, Ahad (9/3).  (Reuters/Thaer Al Khalidiya)
Pemandangan kota yang hancur, penuh dengan puing-puing yang berserakan akibat perang saudara di kota Homs, Suriah, Ahad (9/3). (Reuters/Thaer Al Khalidiya)

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengatakan masih terlalu dini untuk memutuskan apakah keanggotaan Suriah di Liga harus dipulihkan. Hal itu dia sampaikan saat menggelar konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Riyadh, Senin (4/3).

"Kembalinya Suriah ke Liga Arab terkait dengan kemajuan politik, dan saya pikir topik ini masih terlalu dini untuk dibahas," kata al-Jubeir, dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Awak media sempat menanyakan apakah Saudi akan membuka kembali kedutaan besarnya di Suriah. Menurut al-Jubeir topik itu pun masih terlalu dini untuk dibahas.

Dia menilai, proses rekonstruksi Suriah baru dapat dimulai jika peperangan telah sepenuhnya usai. "Proses rekonstruksi Suriah hanya akan terjadi setelah perang Suriah dihentikan, dan solusi politik telah dicapai untuk menjamin perdamaian dan stabilitas di Suriah," ucapnya.

Al-Jubeir menekankan bahwa baik Saudi maupun Rusia menyetujui kedaulatan Suriah. Kedua negara pun sepakat tentang solusi politik untuk membantu Suriah membangun masa depan yang lebih baik.

Sementara itu Lavrov mengatakan Rusia bertekad membantu faksi-faksi Suriah dalam menyimpulkan sebuah komite konstitusi. “Kami ingin membantu pihak-pihak Suriah mengakhiri upaya pembentukan komite konstitusi. Saya ingin menggarisbawahi bahwa situasi ini jelas dan pihak-pihak Suriah yang peduli dengan ini adalah otoritas resmi dan oposisi," ujarnya.

"Kami menyerukan kepada pemerintah dan oposisi untuk mencapai kesepakatan penuh. Rakyat Suriah sendiri harus menentukan masa depan mereka," kata Lavrov menambahkan.

Rusia diketahui merupakan sekutu utama Pemerintah Suriah. Moskow juga mendorong penyelesaian konflik di negara tersebut dengan menginisiasi perundingan Sochi yang melibatkan Iran dan Turki. Kedua negara itu terlibat dalam konflik yang sedang berlangsung di Suriah.

Suriah didepak dari Liga Arab tak lama setelah konflik sipil pecah di negara tersebut pada 2011. Negara anggota Liga Arab juga mengecam Presiden Suriah Bashar al-Assad karena gagal bernegosiasi dengan pihak oposisi dan mengerahkan kekuatan militer yang dianggap brutal guna membungkam mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement