Ahad 14 Apr 2019 20:23 WIB

Alhamdulillah WNI di Iran tak Terdampak Banjir

Pemerintah Iran telah melakukan berbagai upaya dalam penanganan korban.

Rep: Maman Sudiaman/ Red: Agus Yulianto
Banjir melanda Kota Khorramabad di provinsi barat Lorestan, Iran, Senin (1/4).
Foto: AP Photo/Erfan Keshvari/ISNA
Banjir melanda Kota Khorramabad di provinsi barat Lorestan, Iran, Senin (1/4).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Banjir yang menerpa negara Iran dalam beberapa pekan terakhir ini, menyebabkan 76 orang meninggal dunia. Tak sedikit kerusakan infrastruktur akibat terjangan banjir juga terjadi di negera ini.

Meski demikian, menurut pejabat Penerangan Sosial Budaya KBRI Tehran, Tety Mudrika, tak satu pun Warga Negara Indonesia (WNI) yang terdampak akibat bencana banjir dimaksud apalagi korban jiwa. Hanya ada satu WNI yang sudah menikah dengan warga Iran yang terkena dampak banjir. Namun, laporan yang diterima pihaknya menyebutkan, WNI perempuan dan keluarganya dalam kondisi aman. 

KBRI Tehran, katanya, melakukan monitoring WNI yang tinggal di berbagai tempat di Iran melalui whats app grup (WAG). "Alhamdulillah semuanya aman. Sampai detik ini semuanya (WNI) pada nyaut dan dalam keadaan baik-baik saja," ujar Tety kepada Republika.co.id, Ahad (14/4). 

Disebutkan, sejak 23 Maret hingga saat ini sebanyak 22 provinsi dari 31 provinsi di Iran terdampak bencana banjir bandang sehingga seluruh masyarakat Iran diminta untuk tetap waspada. Atas kondisi itu, katanya, sejak awal KBRI sudah lakukan berbagai langkah. 

Pertama, melakukan kontak di WAG beranggotakan tdk hanya WNI tapi juga Diaspora Indonesia (WNI yg menikah dengan WN Iran)."Sejauh ini mereka dalam keadaan baik-baik saja dan jauh dari lokasi bencana banjir bandang," ujarnya.

KBRI, katanya lagi, telah mengeluarkan dan menyebarluaskan imbauan (safety warning) kepada WNI dan diaspora Indonesia di Iran untuk tetap waspada dan menghindari tempat-tempat yang rawan banjir bandang serta menghubungi hotline/nomor telepon KBRI Tehran. Selain itu, Pemerintah Iran telah melakukan berbagai upaya dalam penanganan korban,  pemulihan pascabencana termasuk penanganan trauma pascabencana terutama perempuan dan anak-anak.

Seperti dilansir Arab News, bencana banjir menerpa Iran dalam beberapa pekan terakhir. Kondisi terparah terjadi di Provinsi Khuzestan dan Provinsi Ilam. Dari kedua tempat itu, korban meninggal dunia tercatat 76 orang.

Kedua provinsi di barat daya itu menjadi daerah terakhir yang dilanda banjir. Bencana alam itu pertama kali melanda timur laut negara yang biasanya gersang itu. Kondisi itu memaksa ratusan ribu orang mengungsi dari kota dan desa masing-masing.

Para pejabat terkait kembali mengeluarkan peringatan banjir di timur Iran. Sebab, otoritas memprakirakan hujan lebat yang dimulai pada Sabtu (13/4), akan terus berlanjut.

Banjir telah menyebabkan kerusakan besar pada bangunan rumah, jalan, infrastruktur, dan pertanian. “Lebih dari 14 ribu kilometer (8.700 mil) jalan telah rusak,” kata Menteri Transportasi Mohammad Eslami.

Dia menjabarkan, sebanyak 725 jembatan dalam kondisi hancur total. Kepala dinas meteorologi Iran, Sahar Tajbakhsh memperingatkan, banjir tidak berarti kekeringan yang sudah terjadi selama puluhan tahun telah berakhir. “Banjir baru-baru ini disebabkan oleh perubahan iklim dan pemanasan global,” kata Tajbakhsh dalam sidang parlemen. 

Republik Islam itu telah menerima bantuan dari negara-negara tetangga dan negara yang lainnya. Prancis telah mengirim 210 tenda dan 114 pompa air. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement