Kamis 16 May 2019 08:21 WIB

Militer Iran Siap Hadapi Perang Lawan AS

Hubungan Iran dan AS memanas yang dipicu kesepakatan nuklir.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
(Ilustrasi) bendera iran
Foto: wikipedia.org
(Ilustrasi) bendera iran

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Seorang komandan militer Iran mengklaim, bahwa Teheran siap untuk setiap konflik yang mungkin terjadi. Hal itu disampaikan oleh Mayjen Hossein Salami, yang ditunjuk sebagai kepala pasukan bulan lalu.

"Kami berada di puncak konfrontasi skala penuh dengan musuh," kata Salami dilansir dari Independent, Kamis (16/5).

Baca Juga

Pernyataan itu disampaikan saat ketegangan antara Washington dan Teheran semakin intensif. Sementara politisi AS dari kedua partai besar mendesak Presiden AS, Donald Trump untuk mengurangi ketegangan di antara kedua negara.

"Momen dalam sejarah ini, karena musuh telah melangkah ke medan konfrontasi dengan kita, ini adalah momen paling menentukan dari revolusi Islam," ucap Salami.

Sebelumnya AS telah mengirim pasukan tambahan dan peralatan ke wilayah Timur Tengah. Pada Selasa, seorang jenderal Inggris ahli strategi dan informasi untuk operasi koalisi Inherent Resolve, Mayor Jenderal Chris Ghika, mengatakan kepada wartawan di Pentagon, tidak ada bukti adanya ancaman yang meningkat. "Tidak, tidak ada ancaman yang meningkat dari pasukan yang didukung Iran di Irak dan Suriah," kata dia.

Komando pusat militer AS kemudian mengeluarkan pernyataan yang menyatakan komentar jenderal itu tidak akurat. "Komentar baru-baru ini dari (Jenderal Ghika) bertentangan dengan ancaman kredibel yang didapat intelijen AS dan sekutu mengenai pasukan yang didukung Iran di kawasan itu," katanya.

Di samping itu, AS telah memerintahkan karyawan misi diplomatik AS untuk meninggalkan Irak pada Rabu yang menunjukkan adanya peluang ancaman. Helikopter disebutkan lepas landas sepanjang hari dari kompleks kedutaan untuk membawa para staf keluar. Di Washington, baik Partai Republik dan Demokrat mendesak kehati-hatian ketika AS berurusan dengan Iran setelah Donald Trump kembali memberi sanksi negara itu dengan keluar dari kesepakatan nuklir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement