Rabu 12 Jun 2019 12:54 WIB

300 Ribu Warga Suriah Mengungsi

Gelombang kekerasan telah mempengaruhi operasi badan PBB di Suriah.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Kondisi pusat kota Idlib, Suriah
Foto: The Guardian
Kondisi pusat kota Idlib, Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Salah satu badan PBB, Program Pangan dunia (WFP) mencatat ratusan ribu warga Suriah berlindung di kamp-kamp pengungsi dekat perabtasan Turki. Menyusul bentrokan di Suriah barat laut sejak April lalu.

"Suriah barat laut telah mengalami peningkatan dramatis konflik sejak akhir April yang mempengaruhi Hama Utara, Idlib selatan, dan wilayah Aleppo barat," kata WFP dalam sebuah pernyataan dilansir Anadolu Agency, Rabu (12/6).

Baca Juga

WFP mengatakan, situasi tersebut memaksa lebih dari 300 ribu orang melarikan diri. Sebagian besar dari mereka melarikan diri ke kamp-kamp pengungsi di wilayah Idlib utara yang dekat dengan perbatasan Turki.

WFP juga mencatat gelombang kekerasan telah mempengaruhi operasi badan PBB tersebut di beberapa wilayah terutama di bagian selatan Idlib. Sehingga pihak berwenang tidak dapat menjangkau sekitar 7.000 orang di daerah Madiq di wilayah Hama Utara sejak Mei.

"Yang mengkhawatirkan, pertanian juga sangat terpengaruh, dengan penilaian berbasis satelit menunjukkan setidaknya 18 ribu hektare lahan pertanian telah dibakar dalam beberapa pekan terakhir," tambah pernyataan WFP.

Situasi di zona de eskalasi Idlib kini tengah berada di bawah kenadali oposisi sejak Maret 2015. Idlib sangat ditargetkan oleh rezim Bashar al-Assad. Turki dan Rusia sepakat September lalu untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi, di mana tindakan agresi akan secara tegas dilarang. Namun pasukan rezim Assad, secara konsisten melanggar ketentuan gencatan senjata itu, dan meluncurkan serangan di dalam zona de-eskalasi.

Sumber-sumber pertahanan sipil melaporkan bahwa setidaknya 231 warga sipil, termasuk 59 anak-anak, telah tewas. Sementara 659 lainnya terluka dalam serangan oleh rezim, kelompok-kelompok teroris asing yang didukung Iran dan Rusia pada Mei.

Suriah memulai konflik yang menghancurkan  pada awal 2011. Saat itu rezim Bashar al-Assad menindak demonstran dengan kekerasan tidak terduga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement