Kamis 27 Jun 2019 11:33 WIB

Situs Makam Raja Romawi di Yerusalem akan Dibuka Kembali

Situs ini sempat ditutup sejak 2010.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Pemakaman para raja di Yerusalem yang dimiliki oleh Prancis akan dibuka kembali untuk publik sejak ditutup pada 2010.
Foto: Yonatan Sindel/Flash90
Pemakaman para raja di Yerusalem yang dimiliki oleh Prancis akan dibuka kembali untuk publik sejak ditutup pada 2010.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Pemakaman para raja di Yerusalem yang dimiliki oleh Prancis akan dibuka kembali untuk publik sejak ditutup pada 2010. Hal ini dikonfrimasi oleh konsulat Prancis, Rabu (26/6).

Lokasi tersebut merupakan sebuah situs arkeologis yang telah berusia 2.000 tahun. Makam raja pada zaman Romawi itu terlihat cukup rumit, dengan bagian batu yang menempatkan sarkofagi dan disebut sebagai yang terbesar.

Baca Juga

Pembukaan kembali situs arkeologis ini akan dilakukan pada Kamis (27/6) hari ini. Dalam situs pemesanan tiket, diinformasikan bahwa kunjungan di makam zaman Romawi itu akan dibatasi untuk 15 orang dalam waktu 45 menit.

Diberitahukan kepada pengunjung untuk menggunakan pakaian yang pantas saat datang ke area pemakaman yang dikenal sebagai Tomb of the Kings ini. Terdapat beberapa lokasi yang tetap tertutup untuk umum, diantaranya adalah bagian kuburan karena alasan konservasi dan keselamatan.

Situs arkeologis Tomb of the Kings ini tertelak tepatnya di Yerusalem Timur, sekitar 700 meter di utara wilayah Kota Tua. Selama ini, area pemakaman raja Romawi itu ditutupi dengan dinding dan gerbang logam, serta ditandai dengan bendera Prancis.

Sejak 2010, situs ini ditutup sejak 2010 karena dilakukan renovasi yang menelan biaya sekitar satu juta euro atau sekitar 1,1 juta dolar AS. Seorang juru bicara untuk Konsulat Jenderal Prancis mengatakan dalam membuka area pemakaman ini, negara itu menerapkan keputusan dan komitmen yang dibuat sejak lama.

Banyak orang Yahudi yang menganggap makam raja Romawi milik Prancis tersebut sebagai situs suci para leluhur. Mereka juga menuntut hak untuk dapat berdoa di sana.

Penggalian situs dimulai pada 1860-an. Proyek dipimpin oleh Felicien de Saulcy pada 1863. Beberapa sarkofagi ditemukan di dalam dan saat ini berada di museum Louvre di Paris, termasuk satu dengan prasasti Aram.

Menurut teori yang paling umum diterima, benda itu merujuk pada Ratu Helena dari Adiabene, Irak. Ia kemungkinan telah membangun makam untuk dinasti.

Setelah penggalian de Saulcy, makam itu dibeli oleh saudara Pereire, sebuah keluarga Yahudi di Paris yang kemudian menyerahkan properti itu ke Prancis. Israel dan Prancis telah menegosiasikan status situs tersebut, serta membuka kembali.

“Kami membuka kembali sesuai dengan aturan yang kami tetapkan,” ujar juru bicara konsulat Prancis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement