Kamis 27 Jun 2019 15:37 WIB

Erdogan: Donald Trump akan Kunjungi Turki

Hubungan AS dan Turki memanas dipicu pembelian sistem pertahanan Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: Presidential Press Service via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki, Tayyip Erdogan mengatakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump rencananya akan mengunjungi Istanbul pada Juli mendatang. Hal itu disampaikan Erdogan dalam sebuah wawancara di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Jepang. 

"Kunjungan Presiden Trump ke Turki pada bulan Juli sedang dibicarakan," ujar Erdogan, Kamis (27/6).

Baca Juga

Ketegangan antara AS dan Turki meningkat terkait pembelian sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia. AS menilai, sistem pertahanan S-400 dapat membahayakan bagi jet tempur F-35. 

Erdogan menegaskan, Ankara tidak akan mundur dari pembelian sistem Rusia. Dia mengaku belum mendapatkan informasi mengenai sanksi yang dijatuhkan oleh AS terkait pembelian S-400. 

"Kami telah membayar mereka 1,25 miliar dolar AS untuk proyek F-35. Jika mereka melakukan tindakan yang salah, kami akan membawanya ke pengadilan arbitrase internasional karena kami ingin mereka membayar kami kembali uang yang telah kami keluarkan sejauh ini," Kata Erdogan.

Trump dan Erdogan akan melakukan pertemuan bilateral dalam KTT G-20. Erdogan mengatakan kepada surat kabar Nikkei bahwa dirinya optimistis, pertemuan dengan Trump akan memperkuat hubungan kedua negara. 

Sebelumnya, pemerintah AS telah memperingatkan Turki agar mengurungkan niatnya membeli rudal S-400 dari Rusia. Washington mengatakan pembelian rudal tersebut dapat merusak kesepakatan militer yang telah dijalin Turki dengannya.

AS memang telah sepakat untuk menjual 100 jet F-35 generasi kelima ke Turki. AS telah mengirim dua pesawat ke Ankara. Namun, tahun lalu Kongres AS memerintahkan penundaan pengiriman di masa mendatang.

Rudal S-400 merupakan pemutakhiran dari rudal S-300. Jenis rudal itu diketahui telah dikembangkan Rusia sejak akhir 1980-an dan awal 1990-an. Dengan pembaruan rudal itu dapat mencegat target sejauh 600 kilometer dan dapat melacak 300 sasaran.

Sejumlah negara telah menyatakan minatnya terhadap rudal S-400 antara lain Arab Saudi, Cina, India, Qatar, termasuk Turki. Namun mereka diancam oleh AS.

Jika negara-negara itu benar-benar membeli rudal S-400, AS akan melakukan pembalasan diplomatik. Hal itu akan dilakukan pula oleh para anggota NATO. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement