REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM - Wakil Perdana Menteri Israel Moshe Ya'alon menyampaikan kekecewaan kepada Presiden AS Barack Obama karena kegagalannya untuk menjatuhkan sanksi lebih lanjut atas Iran.
Ya'alon, yang juga Menteri Urusan Strategis Israel, mengeluh meskipun Senat AS pada Desember 2010 melakukan pemungutan suara yang mendukung sanksi ekonomi lebih lanjut terhadap Iran, pemerintah Obama mundur dari hasil pemungutan suara tersebut.
"Di Amerika Serikat, senat mensahkan satu resolusi, dengan mayoritas 100 berbanding 1, untuk memberlakukan sanksi ini, dan di pemerintah AS ada keraguan karena khawatir harga minyak naik tahun ini, selama pertimbangan tahun pemilihan umum," kata Ya'alon kepada Israel Radio.
"Sehubungan dengan itu, ini adalah kekecewaan nyata, untuk saat ini," kata Ya'alon.
Sementara itu, Ya'alon memuji negara lain seperti Prancis dan Inggris karena mengambil sikap yang lebih keras terhadap Iran dan program nuklirnya yang kontroversial. Teheran berkeras program tersebut semata-mata bertujuan sipil.
Pernyataan wakil perdana menteri Israel itu dikeluarkan setelah percakapan telefon Kamis (12/1) antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Obama. Dalam percakapan tersebut, menurut media setempat, mereka membahas Iran dan ancaman nuklirnya.
Meskipun Obama telah setuju dengan Israel mengenai perlunya menangani Iran, ia dilaporkan meminta Netanyahu untuk menahan diri dari menyerang Teheran sementara kehadiran militer AS diperkuat di wilayah tersebut, demikian laporan Ynet News.
Obama khawatir Israel akan melancarkan serangan udara sepihak terhadap Iran, sehingga dapat membuat Teheran melakukan pembalasan, kata laporan itu.