Selasa 27 Aug 2013 20:23 WIB

Senjata Kimia Berbahaya Jadi Pintu Serangan AS ke Suriah

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Citra Listya Rini
Dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah
Foto: Guardian
Dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penggunaan senjata kimia mencuatkan ancaman perang di Suriah. Menteri Luar Negeri (Menlu) AS John Kerry menegaskan penggunaan senjata berbahan kimia berbahaya mengencangkan niat Paman Sam untuk segera melakukan intervensi militer di negara tersebut.

Kerry mengatakan tragedi kemanusian di Suriah telah mengejutkan internasional dan nurani dunia. Kata dia, akan ada penghisapan dan pertanggung jawaban dunia. Tuduhan Kerry terang mengarah ke Presiden Suriah Bashar al-Assad. 

''Penggunaan senjata (kimia) berbahaya adalah kecarutan moral dari rezim,'' kata Kerry, Senin (26/8). 

Pernyataan Kerry merupakan sikap terkeras AS menanggapi situasi di Suriah. Perang sipil semakin melenceng ke dalam tindakan yang diistilah Kerry sebagai tidak bermoral.

Kerry mengungkapkan, Presiden AS Barrack Obama sedang memperhitungkan tindakan. Konklusi presiden, menunggu hasil investigasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Suriah. 

''Kami (AS) percaya, mereka (Assad) yang menggunakan senjata paling keji di dunia akan menghadapi tindakan paling keras,'' ujar Kerry.

Reuters mengabarkan, lebih dari 180 orang tewas dalam serangan terkini tentara Assad pekan lalu. Serangan tersebar di empat kota pinggiran ibu kota. 

Sebanyak 80 korban tewas diantaranya berada di wilayah Moudamiyah. Selebihnya di Irbin, Ain Tarma dan Jobar. Wilayah pinggiran ibu kota itu dikejutkan dengan kondisi korban tewas mengenaskan. 

Al Jazeera menayangkan video susunan jenazah korban serangan dengan kondisi bagian mulut mengeluarkan cairan semacam busa. Mereka yang selamat juga mengalami gangguan fungsi organ. Kebanyakan korban dikatakan adalah masyarakat sipil. 

Pejabat senior di Gedung Putih mengatakan, Obama sedang memasak alasan perang terbatas di Suriah. Tiga pendukung alasan serangan telah memberikan sinyal persetujuan. Antara lain, laporan penggunaan senjata kimia, persetujuan hukum internasional, dan sokongan negara sekutu.

Petinggi militer Uni Eropa dan Timur Tengah merapatkan barisan dengan di komando petinggi militer AS. Namun, rencana serangan AS ke Suriah tentu mendapat kecaman negara pendukung Assad. Rusia dan Cina menegaskan AS tidak punya lejitimasi melegalkan serangan atas nama internasional.

''Ambisi militer AS melampaui kewenganag Dewan Keamanan (DK-PBB),'' kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

Rusia dan Cina menjadi dua negara pelindung Suriah dalam setiap keputusan keras AS, Jerman, dan Prancis di DK PBB. Sementara Iran juga mengatakan kecamannnya terhadap rencana AS tersebut. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement