Sabtu 03 May 2014 16:17 WIB

Ukraina Tak Akan Berhenti Tangkap Milisi Pro Rusia

Rep: Alicia Saqina/ Red: A.Syalaby Ichsan
Seorang pria bertopeng pro-Rusia berjaga-jaga di depan kantor pemerintahan lokal di Slovyanks, Ukraina.
Foto: AP Photo/Manu Brabo
Seorang pria bertopeng pro-Rusia berjaga-jaga di depan kantor pemerintahan lokal di Slovyanks, Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, SLAVIANSK -- Puluhan orang tewas dalam konflik senjata dan lainnya ditembak mati saat ketegangan antara massa pendukung dan anti Rusia pecah di Odessa, Ukraina, pada Jumat (2/5).  Bentrok tersebut kian mempertinggi tensi di wilayah timur Ukraina yang membara.

Dikutip dari Reuters, Sabtu (3/5), kelompok separatis pro Rusia menembaki hingga jatuh dua helikopter militer Ukraina, yang berupaya mengusir pendudukan kuat oleh para pemberontak di Kota Slaviansk.

Akibatnya, Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan, dua orang kru helikopter dalam peristiwa tersebut tewas. Korban tewas berjatuhan lainnya turut menimpa dua warga sipil dan dua petugas keamanan. Tak mau kalah, kelompok separatis bahkan menyebut tiga orang anggotanya juga terbunuh dalam peristiwa Jumat sore itu.

Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov menjelaskan, operasi upaya perebutan kembali wilayah timur Ukraina itu masih berlangsung hingga Sabtu. Salah satu langkah yang dilakukan pasukan Ukraina yakni, mengambilalih menara televisi di Kota Kramatorsk, selatan Slaviansk.

''Kami tak akan berhenti (lakukan operasi perebutan wilayah Ukraina),'' ujar Avakov yang dituliskan dalam akun Facebook-nya.

Kepolisian mengatakan, tiga orang tertembak mati dan puluhan lainnya harus terluka akibat bentrokan yang terjadi di kota pelabuhan itu.

Polisi pun menyatakan, satu orang lain kemudian tewas dan akhirnya disusul dengan kematian 37 jiwa lainnya yang bertambah, saat bentrokan antara massa pendukung Ukraina dan para aktivis Rusia itu bergulir hingga malam hari.

Kepala kepolisian setempat, Petro Lutsiuk pada Sabtu mengatakan, akibat kejadian itu, setidaknya lebih dari 130 orang telah ditangkap. Lutsiuk menyebutkan, para tahanan ini akan dihadapkan pada poin hukuman atas keterlibatan dalam bentrok dan tindakan mereka yang mampu menewaskan jiwa manusia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement