REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menlu Korea Utara, Ry Si Yong, menyatakan terkait program nuklir Korut, dia menilai kebijakan permusuhan AS telah menyebabkan Pyongyang membuat keputusan untuk membangun senjata-senjata nuklir.
"Program nuklir Korut bukan ditujukan untuk mengancam atau menyerang negara-negara lain," katanya. "Juga bukan sebagai alat tawar menawar untuk ditukarkan dengan sesuatu."
Menlu Tiongkok Wang Yi sebelumya menyerukan dimulai kembali perundingan enam negara mengenai program nuklir Korut, dalam pidatonya di sidang Majelis Umum yang beranggotakan 193 negara itu.
Satu laporan bulan ini oleh badan pengawas nuklir PBB mengutarakan kecemasan menyangkut Korut,dengan mengatakan reaktor di fasilitas nuklir Yongbyon mungkin telah beroperasi kembali.
Reaktor itu dapat memberikan Korut, yang melakukan tiga uji coba nuklir, enam kilogram uranium setahun -- cukup untuk satu bom nuklir, kata para ahli.
Pyongyang telah dikenakan sanksi-sanksi sejak tahun 2006 itu menghadapi tindakan hukuman Maret atas uji coba nuklirya yang ketiga.
Pidato pertama oleh seorang pejabat penting Korut di PBB dalam 15 tahum disampaikan di tengah-tengah laporan-laporan media bahwa pemimpin Kim Jong-Un sakit.