REPUBLIKA.CO.ID, NEW JERSEY -- Apa jadinya bila nama negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang kini banyak diberitakan media Barat menjadi merk dagang. Sebut saja, merk dagang firma hukum atau produk makanan dan minuman?
Aeran Brent, pemilik Isis Bridal dan Formal, sebuah toko di California Selatan, punya jawabannya. Ia mengaku lelah menjawab pertanyaan pengunjung tentang nama tokonya. Banyak pula pengunjung yang datang sekedar untuk mengambil foto di depan tokonya.
"Lama-lama saya dongkol juga," dia mengatakan kepada Associated Press. "Saya paham dengan berita di luar sana. Tapi tolong, ini cuma toko biasa," lanjutnya seperti dilansir Al-Arabiya.net, Senin (6/10). Brent mengatakan ia ingin mengubah nama tokonya di California selatan, untuk menghindari kebingungan dengan istilah ISIS yang sering diberitakan di media internasional.
Saat ini, nama "ISIS" tercatat menjadi merk dagang 270 produk dan jasa yang terdaftar secara resmi di Amerika Serikat. Namun, banyak juga pengusaha atau pelaku bisnis yang menggunakan nama "ISIS" tanpa mendaftarkannya ke pemerintah. Sehingga tidak diketahui berapa jumlah pasti pemakai nama yang juga merujuk pada sosok dewi dari Mesir ini.
Bagi perusahaan, penamaan "Isis" bisa jadi merusak. Seorang ahli Branding mengatakan bahwa penamaan ini, meskipun kebetulan, namun dapat memberikan efek buruk bagi perusahaan.
Ambil contoh Isis Koleksi Inc, sebuah perusahaan di New Jersey, AS yang memroduksi tenun dan wig. CEO Phillip Shin mengatakan, banyak pelanggan yang mengembalikan produknya setelah mengetahui merk dagang perusahaan.
"Ini sangat disayangkan," kata Shin yang menghabiskan 20 tahun untuk membangun reputasi perusahaan.
"Saya sudah kehilangan semua citra baik merek kami."