Ahad 08 Nov 2015 14:33 WIB

Perjalanan Panjang Aung San Suu Kyi

Pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi.
Foto:
Pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, berorasi dalam kampanyenya di Moe Nyin, Kachin, Myanmar, Ahad (4/10).

Menjadi pusat perhatian

Suu Kyi menghabiskan tahun-tahun pertamanya di luar Myanmar, pertama-tama di India setelah ibunya ditugaskan menjadi duta besar disana dan kemudian di Universitas Oxford dimana ia bertemu suaminya yang berkebangsaan Inggris.

Setelah Jenderal Ne Win berkuasa pada 1962, ia memaksakan sosialisme gayanya di Myanmar yang mengubah Myanmar menjadi salah satu negara termiskin dan terisolasi di dunia. Naiknya Suu Kyi sebagai pemenang demokrasi terjadi secara tidak sengaja pada 1988 ketika ia kembali ke Myanmar untuk merawat ibunya yang sakit.

Segera setelah itu terjadi protes melawan militer yang berlanjut kepada bentrok yang menewaskan setidaknya 3 ribu orang. Kejadian tersebut menjadi katalis bagi Suu Kyi, yang sebagai seorang orator kharismatik mampu menjadi pemimpin utama gerakan prodemokrasi dengan melakukan orasi-orasi kepada massa.

Selama ia menjadi tahanan rumah, pemerintahan Junta menawarkan pembebasan dengan syarat ia harus meninggalkan negara itu namun Suu Kyi menolaknya. Dan pada 2010 militer membebaskannya.

Dua tahun kemudian dia bergabung dengan parlemen setelah NLD menuai banyak kemenangan, namun meskipun partainya menang, ia tidak dapat menjadi presiden karena konstitusi junta yang melarang siapapun dengan anak berkebangsaan asing menjadi pemimpin.

Suu Kyi bersumpah untuk mengubah peraturan tersebut, dan pada Jumat ia menyatakan bahwa akan menduduki posisi "diatas presiden" jika NLD meraih kemenangan. Namun sebelum itu dia tentunya harus menang terlebih dahulu untuk meraih posisi tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement