REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Longsor di Cina selatan yang menewaskan dua orang dan lebih dari 70 orang hilang, disebabkan oleh pelanggaran aturan keselamatan konstruksi dan dinyatakan bukan akibat bencana alam, menurut pernyataan situs pejabat setempat.
Penyelidikan oleh tim di Shenzhen yang diarahkan oleh kementerian Cina ini menemukan bahwa bencana yang terjadi pada 20 Desember lalu tersebut berasal dari bahan konstruksi limbah di tempat pembuangan akhir ketimbang dari gerakan geologis, kata pernyataan di situs kementerian, Jumat (25/12).
"Mereka yang bertanggung jawab akan dihukum berat sesuai dengan undang-undang," kata pernyataan tersebut.
Bencana buatan ulah manusia ini telah menimbun 33 bangunan di area industri dan menimbulkan pertanyaan tentang standar keamanan industri di Tiongkok serta kurangnya pengawasan yang menyebabkan kecelakaan fatal.
Kawasan industri Shenzhen masih menyisakan risiko akan longsor di tiga tempat lainnya dan para ahli telah didatangkan untuk menangani masalah ini, menurut pernyataan Kantor Berita Xinhua yang mengutip dari pejabat Shenzhen.
"Ada juga benda kimiawi yang berbahaya dan perlu diidentifikasi dan diteliti," kata Kepala Biro Perumahan dan Pengembangan Desa-Perkotaan, Yang Shengjun yang mengatakan belum ada tanda-tanda udara atau air yang terdeteksi.
Perusahaan yang mengelola tempat pembuangan limbah, Shenzhen Yixianglong sebelumnya telah didesak untuk berhenti beroperasi empat hari sebelum bencana, kata pejabat eksekutif lembaga monitoring yang ditunjuk pemerintah, Kamis (24/12).
Xinhua melaporkan bahwa tempat pembuangan yang telah digunakan selama 10 bulan seharusnya tidak lagi menerima limbah, di sisi lain perusahaan Yixianglong mendapatkan 7,5 juta yuan (1,16 juta dolar AS) sebagai upahnya.