Pertama, kendati Mursi menang dalam pemilihan presiden 2012 dengan angka 52 persen, namun dukungan kuat kepadanya hanya sekitar 20 hingga 25 persen. Selain itu Mursi minim dalam pengalaman politik. Ia hanya memimpin selama satu tahun sebelum digulingkan militer.
Adapun Presiden Recep Tayyip Erdogan telah berpengalaman 40 tahun di dunia politik serta telah memiliki pengalaman di sejumlah pos pemerintahan. Berdasarkan perhitungan pemilu terakhir, dukungan terhadapnya juga mencapai lebih dari 50 persen elektoral.
Pengaruh Erdogan tampak pada saat malam kudeta. Ia menggerakkan pendukungnya yang berperang penting menggagalkan kudeta. Kedua, hal yang tak kalah penting, berbeda dengan Mursi, Erdogan juga mendapat banyak dukungan dari aparat intelijen dan militer.
Di Mesir, pengaruh militer masih di bawah rezim mantan Presiden Mesir Husni Mubarak. Ketiga, di sisi otoritas keagamaan, lembaga Al-Azhar yang berbasis di Kairo mendukung pengkudetaan oleh Abdul Fattah al-Sisi. Di Turki, otoritas keagamaan (Diyanet) menolak kudeta.