Kamis 04 Jan 2018 09:08 WIB
Apakah Yahudi Ashkenazi pantas mengklaim Tanah Suci Yerusalem?

Yahudi Aspal, Klaim Yerusalem, dan Kepalsuan Akhir Zaman

Pemukim Yahudi di Israel (ilustrasi)
Foto:
Para penganut Yahudi di Tembok Ratapan (ilustrasi)

Terminologi Turki yang digunakan Renan, bukanlah dalam pengertian sempit bangsa Turki saat ini. Turki dalam pengertian ini longgar, meliputi suku-suku nomaden yang hidup di kawasan yang luas, mulai dari Asia Tengah hingga Eurasia.

Imperium Khazaria sendiri mulai berdiri pada abad ke7. Suku semi-nomaden Turki ini mengambil alih kawasan tersebut menyusul runtuhnya Kekaisaran Hun pasca-kematian Attila The Hun.  Selama lebih dari dua abad, Teori Khazaria yang disampaikan Ernest Renan --yang juga penulis buku Life of Jesus-- ini menjadi kontroversi. Namun, seperti halnya gagasan nasionalisme yang dikemukakannya lewat esai terkenal berjudul What is a Nation? (Qu'est-ce qu'une nation?) yang kemudian banyak dipraktikkan, Teori Khazaria ini pun kemudian menemukan pembuktian kuat.

Sekadar informasi, selain Teori Khazaria, teori lain yang berkembang soal asal muasal Yahudi Ashkenazi atau Yahudi Eropa adalah Teori Rhineland (Rhineland Hypothesis).  Teori ini beranggapan Yahudi Ashkenazi merupakan keturunan Yahudi dari Kanaan, Timur Tengah. Mereka bermigrasi ke Eropa menyusul keberhasilan Umar Bin Khattab membebaskan Palestina dari Romawi Byzantium pada tahun 637.

Konon, migrasi berdurasi panjang, hingga 200 tahun. Kemudian, pada abad ke-15, sekitar 50 ribu Yahudi yang mengisolasi diri, meninggalkan Rhineland atau Jerman di Eropa Barat, menuju Eropa Tengah dan Eropa Ti- mur.

Konon, di sana, Yahudi berkembang pesat melebihi komunitas lain berkat hyperbaby boom. Alhasil, meskipun terjadi perang, persekusi terhadap orang Yahudi, wabah, dan kesulitan ekonomi, populasi Yahudi Ashkenazi tetap melonjak signifikan.  Dan, pada abad ke-20, telah moroket mencapai delapan juta orang. Tapi, karena cerita ledakan populasi itu terbilang ganjil dan kurang masuk akal,

Science Daily menyatakan bahwa sejumlah pakar seperti Prof Harry Ostrer dan Dr Gil Atzmon akhirnya hanya menyebutnya dengan istilah “keajaiban”.

Suku Yahudi ke-13

Salah seorang pendukung Teori Khazaria, adalah seorang jurnalis dan novelis Inggris berdarah Yahudi, yaitu Arthur Koestler.  Dalam bukunya yang berjudul The Thirteenth Tribe: The Khazar Empire and Its Heritage, dia menegaskan bahwa Yahudi Ashkenazi bukanlah keturunan Ibrahim, Ya’kub (Israel), dan Ishak.

Dia menegaskan Yah udi Ashkenazi bukan merupakan keturunan 12 suku Israel. Itulah mengapa dia menulis bukunya dengan judul “Suku ke-13”. Sebab, Ashkenazi adalah ‘Yahudi yang lain’.

“Kisah Kekaisaran Khazar, secara perlahan muncul dari masa lalu, dan mulai terlihat seperti tipuan paling kejam yang pernah dilakukan sejarah,” tulis Arthur Koestler dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1976 itu.

Arthur Koestler menegaskan bahwa Yahudi Ashkenazi tidak memiliki keterkaitan biologis dengan Yahudi Biblikal. Dalam bukunya, Arthur Koestler banyak mengutip catatan-catatan sejarawan dan ahli geografi Muslim terkenal, seperti Al Mu- qaddasi, Al Mas’udi, Ibnu Fadlan, Istakhri, dan lain-lain, yang mencatat dengan baik kondisi Khazaria saat itu.

Arthur Koestler mencatat, imperium Khazar ini memainkan peranan penting pada abad ke-7 hingga ke-10. Khazar menjadi penyangga Byzantium dari serangan suku-suku barbar stepa utara, seperti bangsa Bulgars, Magyars, Pechenegs, dan lain-lain bahkan dari Viking dan Rusia.

Tapi, tulis Koestler, peran terpenting Khazar bagi sejarah Eropa adalah membendung Islam yang sedang bangkit, sehingga mencegah Muslim menaklukkan Eropa. Profesor Dunlop dari Universitas Columbia yang meneliti sejarah Khazar menyatakan: “Beberapa tahun setelah wafatnya Mu-hammad (632 M), pasukan Khilafah Islam menyapu ke utara dan menaklukkan dua imperium besar (Romawi Timur dan Persia) dan menuju great mountain barrier Kaukasus. Sekali barrier ini terlewati, maka jalan terbuka untuk menaklukkan Eropa timur. Namun, mereka terhalang oleh Khazar.”

Koestler mengungkapkan, pada abad ke10, Khazaria mulai melemah karena invasi Viking dan Kiev-Rus. Dan, Kerajaan ini benar-benar runtuh saat datangnya gelombang invasi Mongol pada abad ke-13. Dan selanjutnya, sejarah Khazar diselimuti ketidakjelasan. Bekas-bekasnya tak banyak, dan orang Khazaria pun tiba-tiba bak hilang ditelan bumi.

Ke mana mereka? Rupanya, seperti halnya Yahudi Semit yang berdiaspora setelah runtuhnya Kerajaan Yudea di tangan Raja Babilonia Nebukadnezar dan pengusiran yang dilakukan Kekaisaran Romawi, Yahudi Khazar pun berdiaspora.

Setelah Kerajaan Khazaria ditaklukkan Jenghiz Khan, mereka bermigrasi ke sejumlah tempat, kebanyakan menuju Eropa. Arthur Koestler menulis, pemukiman orang-orang Khazar pada akhir abad pertengahan ditemukan di Crime, Polandia, Ukraina, Hungaria, dan Lithuania. Belakangan, menjelang terbitnya fajar kebangkitan Eropa, mereka banyak terkonsentrasi di Polandia dan Rusia.

Fakta inilah yang menuntun para sejarawan pada kesimpulan bahwa mayoritas orang Yahudi di Eropa timur adalah Khazar, dan bukan Yahudi semit. Tak lama setelah menulis buku tersebut, pada 1983, Arthur Koestler dan istrinya didapati terbunuh di rumahnya di London.

Ada yang menyatakan Arthur Koestler bunuh diri karena overdosis dan meninggal- kan surat pernyataan bunuh diri. Namun, tewasnya Arthur Koestler, masih menyisakan banyak misteri. Ada yang menduga dia dibunuh Mossad karena karya-karyanya, terutama The Thirteenth Tribe, sebagai upaya menghabisi sang pembawa pesan (kill the messenger).

Makna Ashkenazi dalam Bible

Sekarang, mari kita lihat fakta lainnya: istilah Ashkenazi yang dipakai di belakang nama Yahudi Eropa/Khazaria. Ternyata, istilah ini pun bermasalah. Merujuk Kitab Kejadian (Genesis) di Perjanjian Lama, Ar- thur  Koestler menyatakan istilah itu sebenarn ya merefer pada kaum yang tinggal di kawasan Gunung Ararat di perbatasan Turki, Suriah, dan Armenia.

Soal Ashkenazi, diceritakan dalam Kitab Kejadian (Genesis) 10:3: “Keturunan Gomer ialah Askenas, Rifat dan Togarma.” Rumusan senada tercatat dalam Tawarikh (Chro- nicles) 1:6. “Keturunan Gomer ialah orang Askenas, Rifat dan Togarma.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement