Selasa 20 Feb 2018 14:32 WIB

Kasus HIV di Filipina Naik 3.147 Persen dalam 10 Tahun

Filipina memiliki epidemi HIV dengan pertumbuhan tercepat di kawasan Asia Pasifik.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Peringatan Hari AIDS Dunia.
Foto: AP
Peringatan Hari AIDS Dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) terus meningkat di Filipina pada 2017 dengan peningkatan 3.147 persen sejak 2007.

Dilansir Aljazirah, Selasa (20/2), dalam laporan Februari 2018, Departemen Kesehatan Filipina mengatakan 11.103 kasus baru dilaporkan terjadi pada 2017, naik 19,85 persen dari 9.264 kasus pada 2016.

Dibandingkan dengan 342 infeksi HIV yang dilaporkan pada 2007, angka pada 2017, 3.147 persen lebih tinggi. Menurut angka terbaru yang diberikan Organisasi Kesehatan Dunia dan Program AIDS PBB, kasus HIV baru yang dilaporkan di seluruh dunia justru mengalami penurunan, dari 2,1 juta di 2015 menjadi 1,8 juta pada 2016.

Departemen Kesehatan Filipina mengatakan kasus baru pada 2017, lebih dari 95 persen diderita laki-laki. Sebanyak 38 kasus melibatkan anak di bawah umur 15 tahun.

Dengan populasi lebih dari 100 juta, jumlah kasus HIV di Filipina masih rendah. Namun, dalam hal persentase kenaikan, PBB mengatakan pada Agustus 2017, negara ini memiliki epidemi HIV dengan pertumbuhan tercepat di kawasan Asia Pasifik dalam beberapa tahun terakhir.

Laporan PBB tersebut juga mengatakan Filipina telah menjadi satu dari delapan negara yang memiliki lebih dari 90 persen terinfeksi HIV baru di wilayah tersebut. Selama bertahun-tahun, penggunaan kondom dan metode kontrasepsi lainnya telah digunakan di negara mayoritas Katolik tersebut.

Namun hal ini berubah setelah Filipina mengeluarkan undang-undang reformasi kesehatan reproduksi pada 2012. Selain melalui metode alami, pemerintah kemudian mulai mempromosikan penggunaan kondom untuk mendorong keluarga berencana dan seks aman serta untuk mengurangi kehamilan remaja, yang juga lazim di Filipina.

Mengomentari peningkatan populasi HIV di negara tersebut, Duterte mengatakan pekan lalu orang Filipina terlalu bebas dalam hal reproduksi. Ia menambahkan negara tersebut akan lebih mudah dikelola dengan populasi yang lebih kecil.

Laporan terakhir dari Filipina muncul setelah Presiden Rodrigo Duterte baru-baru ini mengatakan orang Filipina harus mengikuti program kesehatan reproduksi pemerintah. Namun ia justru meminta menghindari penggunaan kondom karena tidak memuaskan.

"Saya tidak bercanda. Ikuti saja program pemerintah (kesehatan reproduksi). Kami punya pil gratis tapi hindari kondom karena tidak memuaskan," katanya.

photo
Presiden Filipina Rodrigo Duterte

Dia juga menyarankan wanita mendapatkan suntikan yang sehat selama enam bulan. Seorang jurnalis dan advokat kesehatan reproduksi, Ana Santos mengatakan apa yang dikatakan Duterte tentang penggunaan kondom tidak masuk akal dan tidak bertanggung jawab.

"Komentarnya tentang kondom memberi tahu kita betapa sedikitnya yang dia tahu tentang epidemi HIV di Filipina, dan bagaimana kondom adalah metode yang terbukti secara ilmiah untuk mencegah penyebarannya," kata Santos.

Dia mengatakan epidemi HIV telah memburuk karena rendahnya kesadaran penggunaan kondom. Ini karena stigma dan kesalahpahaman penggunaan kondom tidak memuaskan.

"Ini adalah kesalahpahaman yang baru saja diperkuat oleh Duterte," katanya.

Perwakilan Human Rights Watch, Carlos Conde mengatakan alih-alih mengkritik kondom, Duterte seharusnya melakukan tindakan yang berarti seperti memperluas aksesibilitas dan penggunaannya di seluruh negeri.

"Kebijakan yang membatasi akses terhadap kondom merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat seperti penyebaran HIV dan tingginya angka kematian ibu hamil," kata Conde.

Seorang advokat pencegahan HIV-AIDS terkemuka di Filipina, Ronnievinn Pagtakhan mengatakan peningkatan kasus HIV terus mengkhawatirkan. "Ada epidemi," katanya.

Ia mencatat dari 100-120 orang yang diuji setiap hari di sebuah pusat kesehatan yang dia jalankan di Manila, antara 8-10 persen positif terjangkit HIV. Pagtakhan juga menunjukkan peningkatan jumlah kasus baru dapat dikaitkan dengan kesadaran lebih banyak tentang HIV di antara populasi.

Ia menambahkan karena seks adalah masalah yang sangat pribadi maka perlu bagi orang Filipina untuk mengetahui dengan baik pilihan dan konsekuensi perilaku mereka. "Mengingat pertumbuhan eksplosif jumlah infeksi HIV di Filipina, kita memerlukan lebih banyak dialog daripada penghakiman dan kebencian yang cepat," tambahnya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement