Kamis 14 Jun 2018 00:40 WIB

Komunitas Palestina Sesalkan Perjalanan Staquf ke Israel

Alasan bahwa kunjungan itu seperti dilakukan oleh Gus Dur dinilai tak berdasar.

Rep: Puti Almas/Umi/Antara/ Red: Teguh Firmansyah
Yahya Cholil Staquf
Foto:
Dalam foto dokumentasi tanggal 14 Mei 2018 ini, petugas medis Palestina dan pengunjuk rasa mengevakuasi seorang pemuda yang terluka selama berlangsungnya protes di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, di sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza. Negara-negara Arab dengan tegas mengutuk pembunuhan lebih dari 50 warga Palestina pada Senin, 14 Mei 2018 dalam protes Gaza.

7. Langkah ini merupakan pelanggaran yang jelas terhadap keputusan-keputusan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang mengutuk kejahatan Israel terhadap tempat suci di Yerusalem dan rakyat Palestina selama dua konferensi terakhir di Istanbul pada bulan Desember 2017 dan pada bulan Mei 2018.

8. Baru-baru ini kami menyaksikan eskalasinya kampanye boikot internasional terhadap negara penjajahan Israel untuk mengakhiri penindasan yang dilakukan Israel kepada rakyat Palestina. Menurut hukum internasional, apa yang dilakukan oleh Israel saat ini merupakan terorisme negara (state terrorism).

Israel juga dianggap sebagai negara apartheid sesuai dengan laporan yang dikeluarkan oleh UN Economic and Social Commission for Western Asia (ESCWA) yang diterbitkan pada Maret 2017. Hal ini mengakibatkan pembatalan pertandingan persahabatan antara tim sepak bola Argentina dan tim Israel yang direncanakan di Yerusalem.

Baca juga,  Jokowi Tanggapi Kepergian Yahya Cholil Staquf ke Israel.

Selain itu, pembatalan sejumlah konser penyanyi Eropa di Israel termasuk Shakira, panggilan Wali Kota Dublin Micheal Mac Donncha untuk boikot festival Eurovision 2019 di Israel, dan boikot akademik di mana para akademis Inggris serta AS memboikot universitas-universitas Israel, dll. Demikian, menurut kami kunjungan Pak Staquf memberi legitimasi terhadap negara penjajahan dan sebagai upaya untuk mengangkat Israel dari isolasi internasional.

9. Rakyat Palestina mengekspresikan penolakannya terhadap kunjungan ini melalui pernyataan Kementerian Luar Negeri Palestina, partai-partai Palestina, dan kampanye Palestina untuk memboikot Israel yang menganggap kunjungan ini sebagai dukungan kepada pendudukan dan kami benar-benar merasa terluka dengan kunjungan ini.

10. Sebagai penutup, Komunitas Palestina di Indonesia dan rakyat Palestina pada umumnya menghargai dukungan Republik Indonesia, baik di tingkat resmi maupun masyarakat, terhadap perjuangan bangsa kami untuk mendirikan negara yang merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.

Kami melihat dengan puas sikap penolakan yang dari bangsa Indonesia secara keseluruhan untu kunjungan Bapak Staquf, terutama melalui beberapa organisasi dan badan-badan keagamaan terbesar di Indonesia, yaitu MUI dan Muhammadiyah bersama dengan beberapa partai dan badan masyarakat yang lain.

 

Sementara itu, dalam sebuah wawancara, Staquf ,mengatakan dia tetap berkomitmen pada kunjungan tersebut. Anggota Wantimpres itu berharap kontroversi dapat membawa lebih banyak perhatian pada pesan toleransinya.

"Beberapa orang di sini kagum dengan keputusan saya untuk datang karena mereka pikir itu pasti berbahaya bagi orang ini untuk datang, berpikir bahwa banyak, banyak Muslim harus mengancamnya dengan kematian atau sesuatu," kata Staquf pada Senin (11/6).

Gus Yahya, sapaannya, mengatakan, konflik Israel-Palestina bukan satu-satunya fokus dari perjalanannya. Sebaliknya, ia melihat kerja sama antariman itu sebagai dasar untuk menyelesaikan banyak konflik. Hal itu termasuk di Myanmar, yakni 700 ribu Muslim Rohingya telah melarikan diri dari penganiayaan oleh pasukan keamanan negara itu ke Bangladesh.

Akan tetapi, Gus Yahya tetap sadar akan besarnya konflik Israel-Palestina. "Kami menghadapi masalah peradaban di sini, dan itu terkait dengan agama," katanya. "Sebagai Muslim, kami ingin melakukan bagian kami terkait dengan agama kami."

Dia mengaku telah mengidentifikasi bagian-bagian Islam yang dianggapnya bermasalah, termasuk bagaimana umat Islam berinteraksi dengan non-Muslim. Dia mengatakan, perlu ada "wacana baru" untuk mengakui bahwa Muslim dan non-Muslim adalah sama dan harus dapat hidup berdampingan dengan damai. "Unsur-unsur ini bermasalah karena itu tidak kompatibel lagi dengan realitas peradaban kita saat ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement