Puluhan ribu orang tewas di kedua negara itu. Pasukan yang didukung oleh koalisi pimpinan AS, akhirnya berhasil mengusir ekstremis tersebut dari hampir semua wilayah yang pernah mereka kuasai.
Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi mengumumkan kemenangan akhir atas kelompok itu pada 9 Desember 2017. Dua bulan sebelumnya, koalisi yang bekerja sama dengan milisi Kurdi berhasil membebaskan Raqqa.
Wilayah Hajin, yang masih dikuasai ISIS di Suriah, mewakili kurang dari 1 persen dari daera yang pernah dikuasai pada puncak kekuasaan mereka. Wilayah terakhir itu adalah rumah bagi sekitar 15 ribu orang, termasuk militan ISIS dan keluarga mereka. Militer AS memperkirakan ada sekitar 2.000 militan ISIS yang masih tersisa di sana.
Syrian Democratic Forces (SDF) meluncurkan serangan untuk merebut kembali Hajin pada 10 September lalu. Operasi militer ini adalah kampanye yang melelahkan, yang dipenuhi dengan badai pasir dan kabut.
Kondisi yang demikian memungkinkan militan untuk meluncurkan serangan balasan yang telah menewaskan ratusan anggota SDF. ISIS juga telah mengambil sejumlah tahanan dan menyandera ratusan warga sipil.
"Ini sangat sulit karena kita berada di tahap terakhir. Hampir setiap militan ISIS mengenakan sabuk bunuh diri," ujar Brett McGurk, utusan Gedung Putih untuk perang melawan ISIS, dalam konferensi keamanan di Bahrain baru-baru ini.
Para ekstremis yang terkepung di dekat perbatasan, tidak punya tempat untuk pergi. Mereka dikelilingi dari timur ke utara oleh anggota SDF dan dari selatan ke barat oleh pasukan pemerintah Suriah.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manuai yang berbasis di Inggris mengatakan sejak pertempuran dimulai hampir tiga bulan lalu, 1.616 orang telah tewas, kebanyakan dari kedua belah pihak. Korban tewas tercatat 827 pria bersenjata, 481 di antaranya anggota SDF dan 308 lainnya warga sipil.
Pertempuran sekarang diyakini berada dalam tahap akhir. Pasukan SDF dilaporkan telah menerobos pertahanan ISIS dan melakukan pertempuran di dalam kota.
Kejatuhan Hajin akan mengakhiri penahanan kelompok itu atas wilayah yang signifikan di Irak atau Suriah. Namun sel-sel tidur ISIS di kedua negara akan terus melakukan serangan di tengah upaya untuk bangkit kembali.
Afiliasi ISIS.
Afiliasi ISIS di Libya, Afghanistan, dan Semenanjung Sinai di Mesir terus melakukan serangan rutin. Sebagian besar wilayah Irak dan Suriah masih berupa reruntuhan, dengan hanya sedikit uang tunai dan sedikit kemauan politik internasional untuk membangun kembali.
Setelah lebih dari tiga tahun perang, Irak memperkirakan 88,2 miliar dolar AS diperlukan untuk membangun kembali negara itu. Pertemuan puncak donor internasional yang diadakan awal tahun ini di Kuwait telah mengumpulkan dana sebesar 30 miliar dolar AS yang sebagian besar datang dalam bentuk pinjaman, tetapi tidak ada kemajuan yang telah dibuat untuk memenuhi pembangunan.
"Masalah terbesar yang kita miliki adalah kurangnya dana. Apa yang kami habiskan sampai sekarang adalah sekitar 1,5 persen dari apa yang kami butuhkan dan itu datang sebagai pinjaman dan sumbangan," kata Mustafa al-Hiti, kepala dana rekonstruksi yang dikelola pemerintah.
Tantangan lain adalah bom yang belum meledak, terutama di kota utara Mosul. Dia memperkirakan, 4 juta bom yang belum meledak masih berserakan di sekitar Mosul, kota terbesar yang pernah dimiliki oleh ISIS.