Ahad 27 Jan 2019 17:13 WIB

Turki Tuding Penyerang Fasilitasnya Sembunyi di Warga

Sebanyak 40 ribu meninggal dalam lebih dari 30 tahun serangan PKK.

Pendukung Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Foto: Albawaba.com
Pendukung Partai Pekerja Kurdistan (PKK).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA— Pemerintah Turki menuding para pelaku serangan terhadap pangkalan militer Turki di Irak Utara berusaha sembunyi di antara warga.  

Direktur Komunikasi Presiden Turki, Fahrettin Altun, mengatakan kepada Bloomberg pada Sabtu larut malam (26/1), serangan terhadap pos Angkatan Bersenjata Turki itu di dekat Kota Kecil Duhok di Irak dihasut oleh provokator PKK yang bersembunyi di antara warga sipil.

Mengutip Kantor Berita Turki, Anadolu, Ahad (27/1), tak ada korban jiwa yang dilaporkan setelah serangan PKK tersebut. 

Menurut Altun, pasukan Turki melakukan segala langkah pencegahan yang perlu di wilayah itu untuk melindungi warga sipil.

"Kami telah bertekad bahwa pelaku teror PKK melancarkan kegiatan yang menyesatkan di media sosial dan saluran lain berkaitan dengan serangan hari ini," kata Altun. 

Ia mendesak penyedia media sosial agar berhati-hati terhadap taktik semacam itu yang ia klaim dimanfaatkan secara rutin oleh kelompok teror.

Altun menekankan Turki tetap bertekad bekerjasama secara erat dengan rakyat Duhok.

Pada Sabtu pagi (26/1), Kementerian Pertahanan Nasional Turki mengatakan pangkalan itu diserang setelah provokasi kelompok PKK.

"Akibat provokasi organisasi teror PKK, serangan terjadi terhadap pangkalan kami yang berada di Irak Utara," kata kementerian tersebut di dalam satu pernyataan.

Terjadi sebagian kerusakan pada kendaraan dan perlengkapan dalam serangan itu.  

Menteri Luar Negeri, Turki Mevlut Cavusoglu, membahas masalah tersebut dengan pemimpin Pemerintah Regional Kurdi (KRG) Nechirvan Barzani dalam percakapan telepon pada Sabtu malam.

Dalam aksi lebih dari 30 tahun melawan Turki, PKK, yang dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris oleh Turki, AS, dan Uni Eropa, telah bertanggung-jawab atas kematian sebanyak 40 ribu orang.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement