Jumat 01 Feb 2019 13:16 WIB

Pemimpin Oposisi Venezuela Minta Polisi Jauhi Keluarganya

Juan Guaido mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai presiden sementara Venezuela.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Juan Guaido
Foto: AP
Juan Guaido

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Oposisi pemerintah Venezuela yang mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai presiden sementara Juan Guaido mengatakan petugas keamanan menyambangi rumahnya. Guaido memperingatkan petugas keamanan Venezuela untuk menjauh dari keluarganya.

Di depan pendukungnya yang berkumpul di sebuah universitas Guaido mengatakan unit khusus kepolisian yang dikenal karena taktik brutal mereka mendatangi apartemennya di Caracas. Sementara, putrinya yang baru berusia 20 bulan ada di dalam.

"Saya menganggap Anda bertanggung jawab atas apa yang mungkin terjadi pada bayi saya," kata Guaido, yang didampingi istrinya, Jumat (1/2).

Ia buru-buru pulang ke rumahnya dan datang lagi satu jam kemudian dengan putrinya yang diberi nama Francisco de Miranda, pahlawan kemerdekaan Venezuela. Guaido mengatakan ada empat petugas polisi dari Satuan Tugas Khusus yang datang ke gedung tempat ia tinggal dan kepada petugas keamanan mereka mengatakan datang untuk menemui istri Guaido.

"Anak-anak itu suci, istri itu suci, jangan melewati garis merah itu," kata Guaido di sambut tempuk tangan pendukungnya.

Melalui media sosial Twitter kepolisian Venezuela membantah agen khusus mereka mendatangi kediaman Guaido. Mereka mengklaim pernyataan Guaido 'sepenuhnya palsu'.

Guaido berada di tengah gejolak politik Venezuela. Ia mendorong trasisi pemerintahan dengan mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai presiden sementara. Sebuah tindakan yang disebut Maduro sebagai upaya kudeta yang didukung Amerika Serikat (AS).

Di negara yang biasanya oposisi pemerintah sosialis berakhir di balik jeruji besi, sejauh ini Guaido berhasil menghindari penangkapan. Tapi beberapa hari terakhir pihak berwenang mengatakan meski Guaido didukung masyarakat internasional tapi tidak berarti ia kebal.

Pada Selasa (29/1), Mahkamah Agung yang dikuasai pemerintah melarang Guaido meninggalkan Venezuela. Rekening banknya pun dibekukan. Sementara itu Kepala Jaksa Venezuela Tarek William Saab, yang mendukung Maduro tengah melakukan penyelidikan atas aktivitas anti-pemerintah yang Guaido lakukan.

"Sekali lagi mereka memainkan permainan intimidasi, mereka tidak akan berhasil mengintimidasi keluarga Venezuela ini," kata Guaido.

Meski ia mengecam kepolisian khusus, Guaido meminta mereka dan militer untuk meninggalkan Maduro dan mematuhi konstitusi, yang mana telah menginstruksikannya sebagai ketua badan legislatif Venezuela yakni National Assembly sebagai presiden sementara. Oposisi dan sebagai besar masyarakat internasional menilai pemilihan umum yang dimenangkan Maduro menduduki jabatan periode keduanya digelar dengan tidak sah.

"Anda masih memiliki waktu untuk di sisi sejarah yang benar," kata Guaido.

Pemerintah AS sudah memperingatkan Maduro, ia akan menghadapi 'konsekuensi serius' jika ia melukai Guaido. AS juga sudah mengecam peristiwa ini sebagai taktik intimidasi yang memalukan.

"Rezim mengambil jalan pintas dengan mengincar bayi 20 bulan, memalukan kami Maduro," kata Asisten Menteri Luar Negeri AS di Amerika Latin, Kimberly Breier.

Guaido mengatakan ia akan melawan larangan bantuan kemanusiaan pemerintah Venezuela dengan mengirim konvoi besar obat-obatan ke negara itu dengan bantuan negara-negara tetangga. Dalam wawancaranya dengan Associated Press, Guaido mengatakan langkah ini akan menjadi 'ujian baru' bagi militer Venezuela, yang berada dipihak Maduro sejak unjuk rasa anti-pemerintahannya pecah pada pekan lalu.

"Dalam beberapa pekan mereka harus memilih jika membiarkan bantuan yang sangat dibutuhkan masuk atu jika mereka berada di sisi Nicolas Maduro," kata Guaido.

Baru-baru ini Guaido juga menawarkan amnesti kepada militer yang ingin membelot dari pemerintahan Maduro. Guaido menjelaskan bantuan untuk Venezuela itu termasuk obat-obatan yang dapat menyelamatkan nyawa yang sangat berarti di Venezuela.

Obat-obatan tersebut akan dibawa menggunakan kendaraan yang akan tiba di beberapa titik perbatasan. Setelah itu diangkut dengan kapal ke 'pelabuhan yang bersahabat' di negara-negara tetangga Venezuela.

"Kami tidak hanya mengambil bantuan dari Amerika Serikat tapi dalam beberapa akhir ke depan kami akan meminta koalisi global untuk mengirimkan bantuan ke Venezuela," kata Guaido.

Tampaknya gejolak politik ini belum dapat segera berakhir. Pasalnya, Guaido dan Maduro membawa persoalan ini menjadi urusan geopolitik.

Maduro sudah berkeliling Venezuela mengawasi latihan militer dan bersumpah untuk mempertahankan pemerintahan sosialisnya berapa pun harga yang harus dibayar. Petinggi-petinggi militer mendukung Maduro.

Tapi banyak analis yang memperingatkan perwira tingkat bawah frustasi dengan situasi ekonomi dan krisis kemanusiaan di negara itu. Rasa frustasi yang mungkin dapat mengguncang loyalitas mereka ke atasan atau Maduro.

Pada Kamis kemarin, pemerintah Venezuela mengatakan pihak berwenang sudah melumpuhkan kelompok 'teroris' yang didukung oposisi atas rencana pembunuhan Maduro. Menteri Dalam Negeri Venezuela Nestor Reverol mengatakan pensiunan Garda Nasional Kolonel Oswaldo Garcia Palomo termasuk orang yang ditahan. Selama berbulan-bulan Garcia Palomo terang-terangan mengkritik Maduro.

Secara terbuka, Garcia juga mengungkapkan niatnya mengumpulkan pasukan dari pengasingan untuk mencabut kekuasan Maduro. Reverol mengatakan pasukan keamanan menyita dua senjata api laras panjang dan 500 ikat lengan yang bertuliskan 'OC' yang mana artinya 'Operation Constituion'. Ia menuduh intelijen Kolombia, CIA dan anggota legislatif Venezuela yang berada dipengasingan Julio Borges atas rencana pembunuhan ini. 

"Kami akan melanjutkan penyelidikan dan tidak akan mengurangi penangkapan di masa depan," kata Reverol.

Baca: Parlemen Eropa Akui Guaido Presiden Sementara Venezuela

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement