Rabu 13 Mar 2019 14:37 WIB

Negosiasi AS -Taliban Berakhir tanpa Kesepakatan Damai

Pembicaraan diperkirakan dilanjutkan pada akhir Maret.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Pejabat Taliban masuk ke lift ketika mereka menghadiri pembicaraan intra-Afghanistan di Moskow, Rusia, Rabu(6/2/2019).
Foto: AP / Pavel Golovkin
Pejabat Taliban masuk ke lift ketika mereka menghadiri pembicaraan intra-Afghanistan di Moskow, Rusia, Rabu(6/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Para pejabat Amerika Serikat (AS) dan Taliban mengatakan, negosiator kedua belah pihak mengakhiri pembicaraan damai terpanjang pada Selasa (12/3) waktu setempat tanpa adanya kesepakatan waktu atas pasukan asing akan mundur. Pembicaraan diperkirakan dilanjutkan pada akhir Maret.

Pembicaraan selama 16 hari, mengagendakan AS yang mencari jaminan Taliban tidak akan membiarkan kelompok-kelompok militan menggunakan Afghanistan untuk melancarkan serangan. Negosiasi di Doha, Qatar diikuti oeh kepala politik Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar dan tim AS yang dipimpin oleh utusan khusus Zalmay Khalilzad.

Baca Juga

Khalilzad yang merupakan seorang diplomat veteran kelahiran Afganistan, mengatakan, membuat kemajuan dalam diskusi soal jaminan kontra-terorisme, dan penarikan pasukan dari Afghanistan. "Kondisi untuk perdamaian telah membaik. Jelas semua pihak ingin mengakhiri perang. Meskipun mengalami pasang surut, kami menjaga segala sesuatunya di jalur dan membuat langkah nyata," ujar Khalilzad melalui akun Twitter resminya, Selasa (12/3).

Taliban telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan damai dengan AS yang dipimpin oleh Khalilzad. Namun, sejauh ini pihak Taliban menolak berbicara dengan pemerintah Afghanistan.

"Ketika kesepakatan dalam draft tentang jadwal penarikan dan langkah-langkah penanggulangan terorisme yang efektif diselesaikan, Taliban dan warga Afghanistan lainnya, termasuk pemerintah, akan memulai negosiasi intra-Afghanistan mengenai penyelesaian politik dan gencatan senjata yang komprehensif," kata Khalilzad.

Sementara, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, pihaknya juga telah membuat kemajuan dalam masalah penarikan pasukan asing. Taliban juga telah mencegah serangan di masa yang akan datang terhadap negara-negara lain dari Afghanistan. Namun, ia menekankan bahwa tidak ada kesepakatan yang dicapai mengenai gencatan senjata atau pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan.

Juru bicara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menuliska melalui Twitter bahwa ia berharap untuk perjanjian gencatan senjata jangka panjang serta dimulainya pembicaraan langsung antara pemerintah dan Taliban dengan segera.

Pembicaraan AS dan Taliban diadakan di ruang perjamuan tertutup di hotel bintang lima Ritz-Carlton di tepi pantai selatan Doha. Qatar seperti diketahui telah menjadi tuan rumah kantor politik Taliban sejak 2013 sehingga Qatar juga berupaya memposisikan dirinya sebagai pemain regional penting untuk penyelesaian konflik.

"Kami menghargai betapa sulitnya mengakhiri perang selama 18 tahun. Qatar menantikan dimulainya kembali perundingan dalam beberapa minggu mendatang," kata pemimpin mediator Qatar Mutlaq Bin Majid Al-Qahtani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement