Jumat 15 Mar 2019 19:17 WIB

Seorang Pria Didakwa Atas Penembakan Masjid Christchurch

Polisi telah menangkap tiga pelaku yang terdiri atas dua pria dan seorang wanita.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
 Korban penembakan di masjid Christchurch, Selandia Baru, Jumat, (15/3/2019).
Foto: AP/Mark Baker
Korban penembakan di masjid Christchurch, Selandia Baru, Jumat, (15/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Seorang pria berusia sekitar 20 tahun didakwa melakukan penembakan di Masjid Al Noor, Christchurch dan Masjid Linwood. Polisi telah menangkap tiga pelaku yang terdiri atas dua pria dan seorang wanita.

Seorang pria bernama Brenton Tarrant (28 tahun) mengklaim dirinya merupakan pelaku di balik peristiwa penembakan tersebut. Dia telah menerbitkan sebuah manifesto sebanyak 73 halaman di akun Twitter-nya.

Baca Juga

Seorang saksi mata yang berada di dalam Masjid Al Noor mengatakan kepada media setempat terdapat puluhan orang yang sedang beribadah di dalam masjid. Menurut saksi tersebut, penembakan berlangsung sekitar 20 menit.

Pelaku menembaki semua orang di setiap ruangan di masjid tersebut. Saksi itu merupakan orang terakhir yang pergi meninggalkan masjid. Selama penembakan berlangsung dia berdoa agar pelaku kehabisan peluru.

"Butuh waktu lebih dari setengah jam bagi saya untuk menghilangkan syok," ujar saksi tersebut dilansir Sky News, Jumat (15/3).

Saksi lain, Len Peneha mengaku melihat seorang pria berpakaian hitam memasuki Masjid Al Noor. Ketika itu orang-orang berlari ketakutan. Setelah melakukan penembakan, pria tersebut langsung meninggalkan masjid.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyebut penembakan masjid yang terjadi di Christchurch merupakan kejadian luar biasa dan tidak pernah terjadi sebelumnya. Kejadian ini merupakan hari terkelam bagi Selandia Baru.

"Ini adalah kejadian luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah hari terkelam bagi Selandia Baru," ujar Ardern dalam akun Twitter-nya.

Ardern mengatakan, satu orang pelaku penembakan telah ditahan polisi. Namun, tidak menutup kemungkinan ada pelaku lainnya yang masih berkeliaran. Apalagi penembakan terjadi di dua masjid di wilayah Christchurch.

"Saat ini polisi memiliki satu pelaku, namun mungkin ada pelaku lain yang terlibat," kata Ardern.

Penembakan massal merupakan insiden yang jarang terjadi di Selandia. Terakhir kali penembakan massal terjadi di negara tersebut, yakni pada 1990 di sebuah kota kecil di tepi laut Aramoana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement