Ahad 17 Mar 2019 14:55 WIB

Pelaku Penembakan Kirim Email ke Kantor PM Selandia Baru

50 orang tewas dalam penembakan di ddua masjid di Christchurch, Selandia Baru

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Nidia Zuraya
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern saat konferensi pers terkait penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3).
Foto: TVNZ via AP
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern saat konferensi pers terkait penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Kantor Perdana Menteri Selandia Baru sempat menerima email dari pelaku penembakan brutal di dua masjid di Christchurch beberapa menit sebelum peristiwa itu terjadi. Kepala media Kantor Perdana Menteri Jacinda Ardern, Andrew Campbell mengatakan email tersebut masuk ke email 'generik' yang dikelola staf.

Kepada CNN International Ahad (17/3), Andrew mengatakan Ardern tidak menerima email tersebut. Pihak berwenang menolak untuk membahas motif penembakan yang menewaskan 50 orang tersebut. Tapi dokumen setebal 87 halaman yang diunggah pelaku di media sosial berisi tentang pandangan anti-imigran dan anti-Muslim.

Baca Juga

Pelaku Brenton Harris Tarrant, 28 tahun muncul di persidangan dengan tangan diborgol dan mengenakan seragam tahanan warna putih. Dalam persidangan tersebut Tarrant didakwa melakukan pembunuhan. Komisioner Polisi Selandia Baru Mike Bush mengatakan pelaku akan dikenakan lebih dari satu dakwaan.

Tarrant bungkam selama persidangan tapi kabarnya ia melakukan sikap yang diasosiasikan dengan gerakan supremasi kulit putih. Persidangannya tertutup karena tingginya resiko keamanan.

Pelaku tetap berada dalam tahanan dan akan kembali menjalani persidangan pada 5 April. Ada dua pelaku lainnya yang terlibat dalam penembakan ini tapi belum diketahui pasti apa peran mereka. Orang keempat yang ditahan kemudian dianggap sebagai penonton bersenjata yang diingin membantu polisi.

Pada Sabtu (16/3) Ardern mengunjungi komunitas Muslim di pusat pengungsian di Christchurch. Ia memberikan penghormatan kepada korban penembakan dan memberikan pesan dukungnya kepada keluarga korban.

Sebelumnya Ardern memberikan rincian tentang serangan tersebut. Dua polisi bersenjata mengakhiri serangan yang berlangsung selama 36 menit itu. Ia mengatakan mereka menabrak mobil pelaku yang hendak melanjutkan serangan mereka.

"Ada dua senjata di dalam kendaraan yang dibawa pelaku dan jelas ia berniat untuk melanjutkan serangannya," kata Ardern.

Kepolisian Selandia Baru mengatakan setelah pelaku sudah berada di tahanan kini fokus mereka kepada korban dan keluarga mereka. Dalam pernyataan mereka Kepolisian Selandia Baru mengatakan mereka akan memastikan orang-orang yang terdampak atas kejadian ini mendapat dukungan yang mereka butuhkan.

"Begitu banyak korban dalam kejadian tragis ini dan kami memberikan dukungan yang mungkin dilakukan yang kepada mereka," kata Kepolisian Selandia Baru.

Ardern menekankan keluarga yang kehilangan tulang punggung mereka dalam kejadian ini akan mendapat bantuan finansial. Sebanyak 39 orang yang terluka dan 11 lainnya yang masih di unit gawat darurat akan mendapat perawatan gratis di rumah sakit.

Monumen peringatan bermunculan di sekitar Masjid tempat lokasi kejadian penembakan. Ratusan bunga dan pesan yang ditulis dalam selembar kertas terkumpul di monumen-monumen tersebut.

"Mereka ambil orang-orang yang tidak bersalah tapi kami akan tunjukan kepada dunia arti dari cinta dan kasih sayang," tulis salah satu pesan yang ditempel di bunga yang diletakan dipinggir jalan.

Ardern mengatakan para korban berasal dari seluruh dunia mulai dari Pakistan, Arab Saudi, Turki, Bangladesh, Indonesia dan Malaysia. Kementerian Luar Negeri Selandia Baru mengatakan setidaknya ada dua warga Yordania yang meninggal dunia dan lima orang lainnya terluka dalam penembakan tersebut.

Di media sosial Facebook komunitas Solidaritas Suriah di Selandia Baru mengumumkan salah satu pengungsi asal Suriah Khaled Mustafa tewas dalam penembakan tersebut. Mustafa dan dua putranya sedang sholat Jumat saat penembakan terjadi.

"Khaled Mustafa seorang pengungsi Suriah yang datang bersama keluarganya (istri dan tiga anaknya) ke Selandia Baru, yang mereka kira sebagai tempat aman sejak 2018," kata Solidaritas Suriah di selandia Baru.

Salah satu putra Mustafa menjalani operasi yang berlangsung selama enam jam. Seorang gadis kecil berusia 5 tahun terluka dan sudah menjalani operasi tapi kondisinya masih belum stabil.

Kepada stasiun televisi Yordania, pamannya Sabri al-Daraghmeh mengatakan gadis cilik itu tertembak di wajah, perut dan kaki. Al-Daraghmeh menambahkan kakak laki-laki gadis itu juga tertembak di perut dan kaki tapi kondisinya sudah mulai stabil.    

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan Mohammad Faisal mengatakan empat warga Pakistan juga terluka dalam penembakan ini. Dalam unggahannya di media sosial Faisal mengatakan jumlah itu belum termasuk lima warga Pakistan lainnya.

Berdasarkan data yang dimiliki Palang Merah korban penembakan ini berasal dari 15 negara. Salah satunya Daud Nabi yang mencari suaka ke Selandia Baru pada tahun 1977.

Ardern mengatakan pelaku memiliki izin kepemilikan senjata api sejak November 2017. Ia menggunakan dua senjata semi otomatis, dua shotguns dan senjata tangan.

"Sementara sedang dikerjakan rantai peristiwa yang mengarah pada izin dan kepemilikan senjata, sekarang saya bisa katakan satu hal undang-undang kepemilikan senjata kami akan berubah," kata Ardern.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement