Ahad 17 Mar 2019 16:19 WIB

Ketika Mimpi Daoud Nabi Wafat Saat Shalat Jumat Terwujud

Daoud Nabi datang sebagai pengungsi dari Afghanistan 40 tahun lalu.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Haji Daoud Nabi (71 tahun) adalah korban meninggal pertama yang berhasil diidentifikasi dalam insiden penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru.
Foto: Stuff
Haji Daoud Nabi (71 tahun) adalah korban meninggal pertama yang berhasil diidentifikasi dalam insiden penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru.

REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Haji Daoud Nabi (71 tahun) adalah korban meninggal pertama yang berhasil diidentifikasi dalam insiden penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat lalu. Ia merupakan warga Afghanistan yang telah tinggal di negara itu selama 40 tahun.

Nabi datang ke Selandia Baru pada 1979. Dia meninggalkan negaranya untuk menghindari konflik antara Afghanistan dan Uni Soviet. Setelah tinggal di Selandia Baru, Nabi mendirikan Afghan Association, yang misinya membantu para pengungsi memulai kehidupan baru di negara tersebut.

Baca Juga

"Dia dulu membuat mereka (para pengungsi) merasa seperti di rumah," kata putranya, Omar (43 tahun), saat diwawancara Aljazirah.

Dua hari sebelum insiden penembakan di Christchurch terjadi, Nabi sempat berbicara kepada Omar tentang pentingya persatuan. "Ayah saya mengatakan betapa pentingnya menyebarkan cinta dan persatuan di antara satu sama lain serta melindungi setiap anggota masyarakat tempat kita tinggal," ujar Omar.

Namun nasib buruk memang harus menimpa Nabi. Usai 40 tahun setelah melarikan diri dari konflik, dia harus meninggal di tangan seorang ekstremis bernama Brenton Tarrant. Kepada Sydney Morning Herald, Sabtu (16/3), Omar mengatakan ayahnya rela menjadi tameng hidup untuk menyelamatkan orang lain di masjid.

photo
Teror Masjid Christchurch. Suasana di depan masjid Al Noor di Jalan Deans, Christchurch, Sabtu (16/3), sehari usai insiden teror yang menewaskan 49 orang.

Namun, masih terngiang di benak Omar tentang bagaimana ayahnya ingin menutup usianya. "Dia mengatakan tempat terbaik untuk meninggal adalah selama shalat Jumat di sebuah masjid," ucapnya.

Nabi meninggalkan empat putra, satu putri, dan sembilan cucu. "Cucu-cucunya sangat merindukannya dan beberapa dari mereka bahkan tidak tahu kini dia tidak lagi bersama kita," ujar Omar.

Omar mengakui ini adalah masa sulit bagi keluarganya, termasuk untuk keluarga korban meninggal lainnya. "Ini adalah waktu yang sangat sulit bagi kami dan bagi semua orang yang kehilangan orang yang mereka cintai dalam pembantaian ini," kata dia.

Menurut Omar, jenazah ayahnya tidak akan dimakamkan di Afghanistan. "Ayah saya tinggal seumur hidupnya di negara ini (Selandia Baru) dan akan dimakamkan di sini," ucapnya.

Penembakan terhadap dua masjid di Christchurch menyebabkan sedikitnya 50 orang meninggal dan lebih dari 30 lainnya luka-luka. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyebut peristiwa sebagai momen terkelam negaranya.

photo

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement