Selasa 19 Mar 2019 15:35 WIB

Menlu Selandia Baru Tegur Erdogan Soal Video Penembakan

Erdogan menggunakan video serangan Selandia Baru untuk kampanye.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nur Aini
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat meresmikan bandara baru di Turki, Senin (29/10).
Foto: AP Photo/Emrah Gurel
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat meresmikan bandara baru di Turki, Senin (29/10).

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Pemerintah Selandia Baru mengkritik Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan lantaran menunjukkan rekaman video serangan masjid Christchurch kepada orang banyak dalam aksi kampanye pemilihan umum Turki.

Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Winston Peters, menegur Erdogan karena tindakan itu bisa membahayakan warga Selandia Baru di luar negeri. "Kami telah berdialog panjang tentang perlunya negara lain, dalam hal ini Turki, untuk memastikan bahwa negara kami tidak salah diartikan," kata dia dilansir The Guardian, Selasa (19/3).

Baca Juga

"Segala kekeliruan yang mewakili negara ini, membahayakan masa depan dan keselamatan rakyat Selandia Baru di luar negeri, dan itu sama sekali tidak adil, mengingat bahwa tersangka bukanlah warga Selandia Baru," ujarnya menambahkan.

Sebelumnya, Erdogan mengatakan di hadapan publik bahwa ia akan mengirim pulang dalam peti mati terhadap siapa pun yang mencoba melakukan serangan serupa di Turki. Bahkan, menurut dia, peristiwa penembakan di dua masjid Christchurch, Selandia Baru, bukan tindakan yang berdiri sendiri.

Erdogan juga menilai tindakan pelaku penembakan itu merupakan bentuk pernyataan terbuka untuk menjauhkan Turki dari Eropa. Serangan tersebut, kata dia, adalah bagian dari kampanye Islamofobia di seluruh dunia.

"Mereka menguji kami (Turki) dari 16.500 km jauhnya, dari Selandia Baru, dengan pesan yang datang dari sana. Ini bukan tindakan individu, ini diatur," ujar dia.

Penembakan itu, di mata Erdogan, disiapkan oleh tersangka karena ingin mengusir warga Turki dari wilayah barat laut Turki, Eropa. Untuk diketahui, setengah dari Istanbul, kota terbesar di Turki, membentang di sisi timur Bosphorus, dengan separuh Eropa di sebelah barat.

"Kami telah berada di sini selama 1.000 tahun dan akan berada di sini sampai kiamat, Insya Allah," kata Erdogan. "Istanbul tidak akan berubah menjadi Konstantinopel."

Brenton Tarrant (28 tahun), seorang warga Australia, didakwa melakukan pembunuhan pada Sabtu kemarin setelah membantai sedikitnya 50 orang hingga tewas dalam serangan tembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru. Tersangka ini dilaporkan telah mengunjungi Turki dua kali, tetapi tujuan dari kunjungannya tidak diketahui.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement